Mengantar Budi ke Bandara
Bagiku, Budi lebih dari sekedar rekan sekecamatan saat menjadi PM di Kabupaten Bima dulu. Budi adalah sahabat, adik, tempat berbagi kegalauan, dan orang terpositif yang aku kenal.
Tak pernah ada keluhan, kecuali saat-saat terberatnya di Surabaya dulu yang mengantarkannya kembali ke Bengkulu.
Takdir membawanya kembali menjadi PM kedua kali. Masih teringat saat Budi menelponku dan memberi tahu rahasia kecilnya kalau dia daftar jadi PM lagi. Kemudian beberapa minggu setelah itu, Budi memberiku kabar kalau dia dipanggil untuk menjadi PM kembali. Rahasia kami berdua sebelum dia mengumumkan di grup PM Bima dan teman-teman yang lain. Menjadi kehormatan bagiku menyimpan rahasia-rahasia kecil Budi, dan sahabat-sahabatku yang lain. Aku mengartikan bahwa mereka benar-benar mempercayaiku.
Saat Budi masuk camp training IM kembali aku sudah berencana untuk menjenguknya di Jatiluhur. Namun, rencanaku tidak bisa aku realisasikan. Aku 'tersandera' di Surabaya, agenda pendampingan dan les yg cukup padat memaksaku tetap tinggal di kota pahlawan itu. Hal lain yang menjadi pertimbanganku adalah tabunganku yang semakin hari semakin habis. Menyesakan sekali melihat saldo terakhir di ATMku dan membandingkannya dengan print out di tabungan 8 bulan lalu. DUA DIGIT hilang!! Move on, aku nulis tulisan ini bukan untuk menceritakan kisah tragis tabunganku.
Kalau kata Kokoh "uang bisa dicari" tapi dimana nyarinya??
Kembali ke Budi.
Akhirnya, setelah membatalkan rencanaku menghadiri nikahan teman di Jember sekaligus jalan-jalan (tetep yah) maka niatanku menemui Budi sebelum dia berangkat ke penempatan terlaksana sudah.
Jumat pagi (20/12) aku meluncur ke Jakarta menuju wisma BBPK tempat Budi pelatihan di Jakarta. Tak hanya aku, Morin, Ical, Dita juga Gilar akan menemui Budi. Yah, we are happy family. Keluarga besar PM Bima. Perjalanan Surabaya-Tasik sehari sebelumnnya tidak membuatku merasa lelah, mungkin karena naik kereta eksekutif.
Seperti lagu Afgan jodoh pasti bertemu, secara gak sengaja aku dan Morin yg sedang sama-sama meluncur ke Cilandak dengan bus masing-masing dipertemukan di depan kamar mandi rest area KM 60an, seperti anak hilang kami yg sudah tak bertemu sebulan lebih berpelukan dan jingkrak-jingkrak. Menyadari bus kami akan segera berangkat dan Morin yg belum menuntaskan misinya di kamar mandi, kami saling merelakan berpisah untuk bertemu kembali.
Karena dua dan lain hal, Gilar dan Dita gak jadi datang.
Hanya aku dan Morin yg menemui Budi di wisma. Aku janjian dengan Morin di depan RS Fatmawati. Solat dan makan di sana dan meluncur menemui Budi di Cilandak.
Ketika sedang berjalan menuju wisma, tiba-tiba Budi berteriak di belakang kami.
Ah, rindu sekali melihat Budi. Kami bertiga pun berjingkrak-jingkrak melepas rindu tentu saja tanpa berangkulan seperti adegan aku dengan Morin sebelumnya. Tiga anak Tambora bertemu kembali :)
Aku, Budi dan Morin melepas rindu di lobby wisma. Budi menyediakan coklat, keripik dan minuman untuk kami semua. Jadi teringat saat-saat seperti ini waktu di Tambora, kuda mas dan salome biasanya camilan kami. Kemudian sebulan terakhir hadirlah es biskuit yg jadi favorit seantero Kananga.
Morin menyerahkan sebuah foto dengan pesan dari PM Bima untuk Budi. Suasana mulai mengharu.
Yah, Budi akan pergi setahun di Halmahera Selatan. Meninggalkan keluarganya, meninggalkan kami semua. Walaupun Budi mendapat keluarga baru dan grup PM baru, kami sama-sama berharap Budi masih mengingat kami sebagai saudaranya, selalu.
Morin tidak bisa lama-lama, travelnya menunggu jam 7. Morin pamitan, aku dan Budi melepas kepergian Morin sampai dia naik angkot.Aku gak ikut Morin aku memutuskan mengantar Budi ke bandara dengan Ical.
Semakin malam wisma semakin didatangi orang-orang. Ini adalah malam deployment PM. Aku bertemu orang-orang Galuh. Mereka sungguh luar biasa. Aku selalu minder jika kumpul PM atau dengan officer IM. Tapi kehangatan mereka selalu dan selalu membuatku merasa menjadi orang yang begitu dihargai. Berbincang dengan Shally mengenai Oi Marai, sedikit berdiskusi dengan Bu Evi mengenai langkah yang aku ambil selanjutnya (i'm jobless now). Bu Evi menyarankan sebuah nama sekolah untuk lalu apply. Yes, kami akan melanjutkan diskusinya nanti via email. Nampaknya beliau memahami kecanggunganku.
Akhirnya Ical datang jam 8, dia datang menjemputku. Kami akan sama-sama ke Depok kemudian nanti malam berangkat bersama dengan rombongan teman Ical ke bandara. Rombongan anak-anak UI itu bukan untuk melepas Budi, tetapi melepas Ade.
Biasanya Ical membonceng aku membelah alam Tambora. Jalanan dan hutan belukar sepanjang jalan desa Oi Bura-Oi Katupa telah kami jelajahi dengan motor Bapak angkat Ical. Dan sekarang Ical membawaku membelah jalan Jakarta-Depok. Haha, sebenarnya setelah penempatan aku gak mau lagi dibonceng Ical, tapi bagaimana lagi.
Budi tidak merelakanku pergi ke Depok dulu supaya bisa nganter dia ke Bandara. Budi menyuruh aku tinggal di Wisma supaya nanti bisa duduk di kursi bus jatah dia menuju bandara. Aku sangat sedih melihat Budi memintaku dengan berkaca-kaca, Budi sangat mengkhawatirkanku kelelahan setelah perjalanan jauh dan semalaman tak akan bisa tidur.. Ah Budi, kamu selalu tulus seperti itu.
Budi tidak merelakanku pergi ke Depok dulu supaya bisa nganter dia ke Bandara. Budi menyuruh aku tinggal di Wisma supaya nanti bisa duduk di kursi bus jatah dia menuju bandara. Aku sangat sedih melihat Budi memintaku dengan berkaca-kaca, Budi sangat mengkhawatirkanku kelelahan setelah perjalanan jauh dan semalaman tak akan bisa tidur.. Ah Budi, kamu selalu tulus seperti itu.
Ical sudah menungguku. Setelah pamitan dengan Galuhers, aku dan Ical meninggalkan wisma menuju depok.
Sepanjang jalan kami berbincang tentang progress hidup dan mimpi masing-masing.
Ical sudah kuanggap adikku juga. Aku sangat peduli dengan mimpi yang sedang dia ikhtiarkan. Tak hanya saat di Tambora, sampai sekarang pun kami selalu terbuka dengan kegalauan masing-masing. Kami sama-sama punya sifat penuh pertimbangan dan plegmatis..hehe
Setelah makan malam dan menemukan kado yang akan diberikan untuk Budi, Ical membawaku bertemu dengan teman-temannya yg akan mengantar ke bandara.
Seru sekali gerombolan anak muda intelek UI ini. Dengan mudah aku sudah bisa merasa nyaman dengan mereka. Dengan dempet-dempetan (tentu saja karena kehadiranku sebagai penyusup) kami menuju bandara. Masih jam 1 saat mobil parkir di tempat parkir terminal 1C.
Seru sekali gerombolan anak muda intelek UI ini. Dengan mudah aku sudah bisa merasa nyaman dengan mereka. Dengan dempet-dempetan (tentu saja karena kehadiranku sebagai penyusup) kami menuju bandara. Masih jam 1 saat mobil parkir di tempat parkir terminal 1C.
Terakhir kali kesini saat pulang dari Bima 6 bulan yang lalu.
Aku dan Ical memisahkan diri dari rombongan, mencari tempat duduk nyaman di selasar terminal 1A tempat Budi check in. Duduk di atas kursi bandara, mencoba memejamkan mata untuk tidur sebentar. Mengapa bandara ini kurang beradab. Tidak tersedia tempat nyaman untuk menunggu.
Aku dan Ical membolak-balikan notes yg bertema amplop. Menulis beberapa kalimat di halamannya secara random. Berharap saat Budi lelah dan butuh semangat di penempatan nanti, Budi akan menemukan kalimat-kalimat ajaib yg akan membuat dia semangat lagi.
Pukul 3.30 Budi dan rombongan PM baru datang. Semuanya deployment hari ini.
Tak seperti deploymentku dulu yang punya waktu hampir 6 jam di bandara, Budi tak punya waktu banyak. Dia boarding jam 5. Belum check in, nimbang barang, dll.
Akhirnya aku, Ical dan Budi saling memandang dan mengatakan beberapa patah kalimat.
Mengambil foto yang lebih keren pun tak bisa, semua orang sedang riweh dengan barang bawaan dan sesi perpisahan masing-masing. Tak ada lagu 'sebiru hari ini' yang aku dan Ical sepakati untuk mengiringi kepergian Budi.
Bagi aku dan Ical, melihat Budi mendorong troli masuk ke pintu terminal 1A sudah lebih dari cukup.
Kami tak sanggup mengucap beribu kata lagi, semua kata sudah tersimpul dalam hati-hati kami menjadi doa untuk sahabat sekaligus saudara kami Budiman.
"Bukankah hati kita telah lama menyatu
dalam tali kisah persahabatan Ilahi
genggam erat tangan kita terakhir kalinya
hapus air mata meski kita kan berpisah
Slamat jalan teman tetaplah berjuang semoga kita bertemu kembali
kenang masa indah kita
sebiru hari ini"
Pesawat Budi telah berangkat menuju Ternate.
Aku pamitan sama Ical dan temen-teman UInya. Mereka pun akan segera kembali ke Depok. Menunggu hari menjadi pagi, aku berdiskusi dengan PM Aceh Utara yang belum berangkat, beberapa officer IM, fasil training yg merupakan teman-teman PM IV juga,
Setelah agak siang, aku pun pamit. Pulang kembali ke Tasik menaiki damri ke Lebak Bulus. Mencari bus Primajasa Lebak Bulus - Tasik.
Perjalanan hidup kami tetap melaju..
Budi mengambil langkah ke Halmahera Selatan
Ical akan segera membuat keputusan mengenai karirnya
dan aku?? Masih merenungi langkah selanjutnya.
Ya Rabb jagalah kami selalu dalam naungan cintaMu, tunjukan takdir dan jodoh terbaikMu.. Amin
doaku selalu bersama kalian Bims... Budi, Ical, Morin, Dita, Koko, Slam, Gilar, Petra
Surabayaers... Vira, Vivi, Vhe, Luluk
RD 49ers... Teh Hanna, Teh Mega, Mamih.
Perjalanan hidup kami tetap melaju..
Budi mengambil langkah ke Halmahera Selatan
Ical akan segera membuat keputusan mengenai karirnya
dan aku?? Masih merenungi langkah selanjutnya.
Ya Rabb jagalah kami selalu dalam naungan cintaMu, tunjukan takdir dan jodoh terbaikMu.. Amin
doaku selalu bersama kalian Bims... Budi, Ical, Morin, Dita, Koko, Slam, Gilar, Petra
Surabayaers... Vira, Vivi, Vhe, Luluk
RD 49ers... Teh Hanna, Teh Mega, Mamih.
Komentar