Mendampingi Fitrah Adskhan
Satu hal yang mengganggu pikiran saya di saat awal-awal kehamilan Adskhan adalah
'Apakah saya bisa melindunginya dengan baik? Memastikan dia baik-baik saja, tidak terluka apapun?'
Bayangan saat mengasuh adik dan sepupu menghampiri saya, semua bayi pernah jatuh kepalanya terbentur saat belajar jalanlah, nabrak meja saat bermainlah, dan apalah apalah. Saya takut sekali kalau nanti bayi di perut saya akan mengalaminya juga. Menjaga dengan sebaik-baiknya menjadi tekad saya saat itu.
Hingga, suatu hari saya mengobrol ringan dengan Bu Evi (Direks IM, saat itu saya masih kerja di IM). Beliau menanyakan gimana rasanya menjadi calon Ibu, gimana rencana saya nanti setelah lahiran. Bu Evi seolah tahu kekhwatiran saya, tanpa saya bertanya beliau menyampaikan kalau anak itu anugrah Tuhan dan Tuhan pasti akan melindunginya. Beliau menyampaikan gimana dua jagoannya (yang super duper aktif) sering terluka atau nyaris terluka. Gimana cara Tuhan menyelamatkan anak-anaknya atau membiarkan anaknya belajar dari lukanya.
Setelah obrolan itu saya lebih tenang.
Allah telah mengatur takdir hamba-Nya, daun yang jatuh pun tak luput dari kekuasaanNya, apalagi seorang anak.
Setelah Adskhan lahir, saya seolah terlupa dengan hal tersebut. Mulai protektif terhadap Adskhan. Ingin selalu memastikan dia selalu baik-baik saja tanpa kurang satu apapun, Untunglah diimbangi dan diyakinkan oleh suami saya, kalau Adskhan baik-baik saja.
Suatu hari kami menonton Film The Beginning of Life. Bahwa seorang bayi bukanlah kertas kosong, dia membawa kemampuan sendiri yang sudah diinstallkan oleh Tuhan, termasuk kemampuan untuk 'menjaga' dirinya sendiri.
Teori tersebut semakin dikuatkan setelah saya mempelajari Fitrah Based Education. Setiap anak mempunyai fitrahnya sendiri, yang terkadang tak sengaja 'dihancurkan' oleh orang tua yang protektif seperti saya.
Beberapa orang tua menganggap anak mahluk lemah dan tidak bisa apa-apa, sehingga orang tua merasa punya kewajiban dan hak untuk menjaganya dan memilihkan jalan hidupnya.
Saya pun mulai merobohkan dinding proteksi saya terhadap Adskhan, memberinya kepercayaan sepenuhnya. Saya berusaha menguatkan hati agar tak banyak melarang, tapi mendampinginya. Menyemangatinya dan memastikan tempatnya bermain dan bereksplorasi cukup aman sehingga kalaupun dia terjatuh tidak terlalu berbahaya.
Sudah tak terhitung berapa kali Adskhan jatuh saat belajar berjalan, terguling saat ingin memanjat tempat yang lebih tinggi. Tapi justru setelah itu saya melihat kinestetik Adskhan berkembang pesat, Adskhan tumbuh menjadi anak yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan pantang menyerah. Hal-hal tersebut sangat saya syukuri. Dalam pertumbuhan dan perkembangan Adskhan, saya selalu berusaha untuk tidak membandingkannya dengan teman-teman seusianya, biarkan Adskhan menjadi dirinya sendiri dengan fitrah-fitrahnya.
Adskhan jarang sekali menangis ketika dia terjatuh sendiri karena menuruti rasa ingin tahunya. Akan langsung bangkit sendiri, mencobanya berulang-ulang sampai berhasil, jika masih gagal dia akan melirik ke orang dewasa di sekitarnya lalu menarik tangan orang dewasa tersebut untuk meminta bantuan.
Adskhan cukup mandiri saat bermain. Namun adakalanya juga dia menjadi bayi yang manja, yang ingin selalu bersama bunda atau ayahnya. Dan saya menikmati itu :)
Pada libur Lebaran sekarang kami mendapat kesempatan liburan agak lama.
Kesempatan bagi kami untuk mengamati dan mendampingi fitrah Adskhan.
Fitrah Sosial
Di rumah neneknya Adskhan, ada sepupu-sepupunya juga. Yang berusia 7 tahun, 2 tahun, 14 bulan dan 12 bulan. Kami mengamati sikap Adskhan kepada sepupu-sepupunya. Untuk sepupu yang lebih kecil Adskhan menjadi leader. Mengajari sepupunya berani naik meja atau benda lain yang bisa dinaiki. Kadang Adskhan berinisiatif menyuapi adik sepupunya makanan juga.
Dengan sepupu yang berusia dua tahun, Adskhan sangat kompetitif sehingga mereka sering menjadi rival yang memperebutkan barang apapun. Kami memaklumi, ego anak usia segitu sedang tinggi-tingginya. Membiarkan anak- anak tersebut 'menyelesaikan masalah sendiri', sambil tetap mengawasi agar aman karena tak jarang saling dorong atau ada yang mukul duluan.
Fitrah Belajar-nalar, Fitrah Keomanan dan Fitrah Alam
Waktu Libur Lebaran juga adalah saat Adskhan bereksplorasi dengan alam. Mengamati ikan, ayam, angsa, bermain sepeda-sepedaan, mobil-mobilan, manjat sana sini, berlari bebas di rumah nenek yang cukup luas. Adskhan sangat bahagia, walaupun tangan mungilnya pernah digigit ikan bawal sampai berdarah, kaki dia lebam karena terjatuh dari sepeda saat menaikinya dan berdiri di atasnya sendiri. Dia tak trauma, mencobanya lagi lagi dan lagi sampai berhasil.
Adskhan bereksplorasi dan mengenal ciptaan Allah adalah salah satu upaya kami mendampingi fitrah keimanannnya, selain mengenalkannya dengan ibadah yang kami lakukan dan membacakan buku tentang kisah Rasulullah.
Saya semakin menyadari bahwa seorang ibu tidak akan pernah mampu untuk selalu melindungi anaknya dari hal apapun. Cara saya menjaga dan melindunginya adalah percaya mampu melindungi diri sendiri dan berjuang untuk hidupnya.
Saya hanya harus mendampinginya dan menguatkannya saat dia membutuhkan saya.
Teruslah tumbuh Nak, dunia menantimu :*
'Apakah saya bisa melindunginya dengan baik? Memastikan dia baik-baik saja, tidak terluka apapun?'
Bayangan saat mengasuh adik dan sepupu menghampiri saya, semua bayi pernah jatuh kepalanya terbentur saat belajar jalanlah, nabrak meja saat bermainlah, dan apalah apalah. Saya takut sekali kalau nanti bayi di perut saya akan mengalaminya juga. Menjaga dengan sebaik-baiknya menjadi tekad saya saat itu.
Hingga, suatu hari saya mengobrol ringan dengan Bu Evi (Direks IM, saat itu saya masih kerja di IM). Beliau menanyakan gimana rasanya menjadi calon Ibu, gimana rencana saya nanti setelah lahiran. Bu Evi seolah tahu kekhwatiran saya, tanpa saya bertanya beliau menyampaikan kalau anak itu anugrah Tuhan dan Tuhan pasti akan melindunginya. Beliau menyampaikan gimana dua jagoannya (yang super duper aktif) sering terluka atau nyaris terluka. Gimana cara Tuhan menyelamatkan anak-anaknya atau membiarkan anaknya belajar dari lukanya.
Setelah obrolan itu saya lebih tenang.
Allah telah mengatur takdir hamba-Nya, daun yang jatuh pun tak luput dari kekuasaanNya, apalagi seorang anak.
Setelah Adskhan lahir, saya seolah terlupa dengan hal tersebut. Mulai protektif terhadap Adskhan. Ingin selalu memastikan dia selalu baik-baik saja tanpa kurang satu apapun, Untunglah diimbangi dan diyakinkan oleh suami saya, kalau Adskhan baik-baik saja.
Suatu hari kami menonton Film The Beginning of Life. Bahwa seorang bayi bukanlah kertas kosong, dia membawa kemampuan sendiri yang sudah diinstallkan oleh Tuhan, termasuk kemampuan untuk 'menjaga' dirinya sendiri.
Teori tersebut semakin dikuatkan setelah saya mempelajari Fitrah Based Education. Setiap anak mempunyai fitrahnya sendiri, yang terkadang tak sengaja 'dihancurkan' oleh orang tua yang protektif seperti saya.
Beberapa orang tua menganggap anak mahluk lemah dan tidak bisa apa-apa, sehingga orang tua merasa punya kewajiban dan hak untuk menjaganya dan memilihkan jalan hidupnya.
Saya pun mulai merobohkan dinding proteksi saya terhadap Adskhan, memberinya kepercayaan sepenuhnya. Saya berusaha menguatkan hati agar tak banyak melarang, tapi mendampinginya. Menyemangatinya dan memastikan tempatnya bermain dan bereksplorasi cukup aman sehingga kalaupun dia terjatuh tidak terlalu berbahaya.
Sudah tak terhitung berapa kali Adskhan jatuh saat belajar berjalan, terguling saat ingin memanjat tempat yang lebih tinggi. Tapi justru setelah itu saya melihat kinestetik Adskhan berkembang pesat, Adskhan tumbuh menjadi anak yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan pantang menyerah. Hal-hal tersebut sangat saya syukuri. Dalam pertumbuhan dan perkembangan Adskhan, saya selalu berusaha untuk tidak membandingkannya dengan teman-teman seusianya, biarkan Adskhan menjadi dirinya sendiri dengan fitrah-fitrahnya.
Adskhan jarang sekali menangis ketika dia terjatuh sendiri karena menuruti rasa ingin tahunya. Akan langsung bangkit sendiri, mencobanya berulang-ulang sampai berhasil, jika masih gagal dia akan melirik ke orang dewasa di sekitarnya lalu menarik tangan orang dewasa tersebut untuk meminta bantuan.
Adskhan cukup mandiri saat bermain. Namun adakalanya juga dia menjadi bayi yang manja, yang ingin selalu bersama bunda atau ayahnya. Dan saya menikmati itu :)
Pada libur Lebaran sekarang kami mendapat kesempatan liburan agak lama.
Kesempatan bagi kami untuk mengamati dan mendampingi fitrah Adskhan.
Fitrah Sosial
Di rumah neneknya Adskhan, ada sepupu-sepupunya juga. Yang berusia 7 tahun, 2 tahun, 14 bulan dan 12 bulan. Kami mengamati sikap Adskhan kepada sepupu-sepupunya. Untuk sepupu yang lebih kecil Adskhan menjadi leader. Mengajari sepupunya berani naik meja atau benda lain yang bisa dinaiki. Kadang Adskhan berinisiatif menyuapi adik sepupunya makanan juga.
Dengan sepupu yang berusia dua tahun, Adskhan sangat kompetitif sehingga mereka sering menjadi rival yang memperebutkan barang apapun. Kami memaklumi, ego anak usia segitu sedang tinggi-tingginya. Membiarkan anak- anak tersebut 'menyelesaikan masalah sendiri', sambil tetap mengawasi agar aman karena tak jarang saling dorong atau ada yang mukul duluan.
Fitrah Belajar-nalar, Fitrah Keomanan dan Fitrah Alam
Waktu Libur Lebaran juga adalah saat Adskhan bereksplorasi dengan alam. Mengamati ikan, ayam, angsa, bermain sepeda-sepedaan, mobil-mobilan, manjat sana sini, berlari bebas di rumah nenek yang cukup luas. Adskhan sangat bahagia, walaupun tangan mungilnya pernah digigit ikan bawal sampai berdarah, kaki dia lebam karena terjatuh dari sepeda saat menaikinya dan berdiri di atasnya sendiri. Dia tak trauma, mencobanya lagi lagi dan lagi sampai berhasil.
Adskhan bereksplorasi dan mengenal ciptaan Allah adalah salah satu upaya kami mendampingi fitrah keimanannnya, selain mengenalkannya dengan ibadah yang kami lakukan dan membacakan buku tentang kisah Rasulullah.
Saya semakin menyadari bahwa seorang ibu tidak akan pernah mampu untuk selalu melindungi anaknya dari hal apapun. Cara saya menjaga dan melindunginya adalah percaya mampu melindungi diri sendiri dan berjuang untuk hidupnya.
Saya hanya harus mendampinginya dan menguatkannya saat dia membutuhkan saya.
Teruslah tumbuh Nak, dunia menantimu :*
Komentar