Dolpi Ingin Menangkap Pelangi
Dolpi, si lumba-lumba kecil sedang berenang di permukaan laut. Dia sangat senang berenang di sana. Dari permukaan laut, Dolpi bisa melihat langit yang biru.
"Hari ini sangat cerah, aku bisa menikmati langit sepuasnya. Aku suka sekali warna langit" kata Dolpi.
Dolpi melihat ke arah utara, awan hitam tampak mendekati.
"Aku tak suka awan hitam. Jika awan hitam datang, maka turun hujan. Aku tak suka hujan." Dengusnya.
"Aku tak suka awan hitam. Jika awan hitam datang, maka turun hujan. Aku tak suka hujan." Dengusnya.
Tak berapa lama rintik hujan pun turun. Hanya sebentar, sinar matahari bersinar kembali. Dolpi hendak berenang ke dalam laut. Namun dia membatalkannya, karena melihat sebuah keajaiban di hadapannya.
"Apa itu? Indah sekali!" Teriak Dolpi memandangi sekumpulan warna indah.
Dolpi melompat mendekati.
"Hap, aku tangkap engkau!" Teriaknya mendekati warna-warni itu, tetapi tidak berhasil.
Setiap hendak menangkap, mendadak warna indah itu menghilang kemudian muncul kembali di belakangnya.
Dolpi hanya bisa memandanginya.
"Aku ingin sekali menangkapnya dan membawa ke bawah laut. Sungguh indah sekali" Pikir Dolpi.
Dolpi melompat mendekati.
"Hap, aku tangkap engkau!" Teriaknya mendekati warna-warni itu, tetapi tidak berhasil.
Setiap hendak menangkap, mendadak warna indah itu menghilang kemudian muncul kembali di belakangnya.
Dolpi hanya bisa memandanginya.
"Aku ingin sekali menangkapnya dan membawa ke bawah laut. Sungguh indah sekali" Pikir Dolpi.
Dolpi melihat sekumpulan burung camar terbang mendekati pelangi.
"Aku harus bisa terbang seperti burung itu" batinnya.
"Burung camar, maukah kau menolongku!" Teriak Dolpi sekencang mungkin.
Tak ada yang meresponnya. Burung camar tetap terbang tinggi
"Burung camar, maukah kau menolongku!" Ulang Dolpi.
Kali ini ada burung camar kecil yang mendengarnya.
"Aku harus bisa terbang seperti burung itu" batinnya.
"Burung camar, maukah kau menolongku!" Teriak Dolpi sekencang mungkin.
Tak ada yang meresponnya. Burung camar tetap terbang tinggi
"Burung camar, maukah kau menolongku!" Ulang Dolpi.
Kali ini ada burung camar kecil yang mendengarnya.
Burung kecil itu segera terbang merendah mendekati Dolpi.
"Hai lumba-lumba kecil. Apa yang bisa kubantu?" Tanya burung camar kecil.
"Aku ingin terbang sepertimu, maukah kau mengajariku" Pinta Dolpi.
"Hai lumba-lumba kecil. Apa yang bisa kubantu?" Tanya burung camar kecil.
"Aku ingin terbang sepertimu, maukah kau mengajariku" Pinta Dolpi.
Burung camar kecil keheranan dengan permintaan Dolpi, dia berpikir sejenak.
" Mengapa kau ingin bisa terbang?" Tanya burung camar.
"Aku ingin menangkap benda itu!" Tunjuk Dolpi kepada pemandangan indah di depannya.
"Itu pelangi. Kau ingin menangkap pelangi?" Tanya burung camar.
"Iya, aku sangat menyukainya. Aku ingin membawanya ke dasar laut. Sehingga bisa menikmatinya setiap waktu".
" Mengapa kau ingin bisa terbang?" Tanya burung camar.
"Aku ingin menangkap benda itu!" Tunjuk Dolpi kepada pemandangan indah di depannya.
"Itu pelangi. Kau ingin menangkap pelangi?" Tanya burung camar.
"Iya, aku sangat menyukainya. Aku ingin membawanya ke dasar laut. Sehingga bisa menikmatinya setiap waktu".
Burung camar mengangguk-anggukan kepalanya.
"Baiklah, aku akan mengajarimu terbang. Tapi ada syaratnya!" Ucap burung camar.
"Apa syaratnya?" Tanya Dolpi.
"Kau harus mengajariku berenang!" Kata burung camar.
"Hei, itu tidaklah mungkin. Kau tak akan bisa berenang" Kata Dolpi tertawa.
"Nah, begitu pun juga dirimu. Sehebat apapun aku mengajarimu, kamu tak akan bisa terbang" Jawab burung camar.
"Tapi aku harus bisa terbang" jawab Dolpi.
"Untuk menangkap pelangi?" Tanya burung camar.
"Iya." Jawab Dolpi.
"Kau tak akan pernah bisa menangkap pelangi, begitu pun aku. Tak ada yang bisa"
"Tuhan menciptakan pelangi untuk kita nikmati, bukan dimiliki"
Dolpi terdiam.
"Apa syaratnya?" Tanya Dolpi.
"Kau harus mengajariku berenang!" Kata burung camar.
"Hei, itu tidaklah mungkin. Kau tak akan bisa berenang" Kata Dolpi tertawa.
"Nah, begitu pun juga dirimu. Sehebat apapun aku mengajarimu, kamu tak akan bisa terbang" Jawab burung camar.
"Tapi aku harus bisa terbang" jawab Dolpi.
"Untuk menangkap pelangi?" Tanya burung camar.
"Iya." Jawab Dolpi.
"Kau tak akan pernah bisa menangkap pelangi, begitu pun aku. Tak ada yang bisa"
"Tuhan menciptakan pelangi untuk kita nikmati, bukan dimiliki"
Dolpi terdiam.
"Sebentar lagi pelanginya menghilang. Nikmatilah selagi kau bisa. Aku akan kembali terbang ke atas. Sampai jumpa" Kata Burung Camar.
Dolpi memandangi pelangi yang pelan-pelan menghilang. Hatinya merasa sedih.
"Kau terlihat murung, ada apa Dolpi?" Tanya ibu yang baru muncul di permukaan laut.
"Dolpi sedih Bu. Dolpi tidak bisa terbang dan menangkap pelangi. Dolpi suka sekali pelangi, warnanya sangat indah." Jawab Dolpi.
"Dolpi sedih Bu. Dolpi tidak bisa terbang dan menangkap pelangi. Dolpi suka sekali pelangi, warnanya sangat indah." Jawab Dolpi.
"Kita tidak bisa terbang, namun kita bisa berenang. Tuhan membekali mahluknya dengan kemampuan yang berbeda" Kata Ibu Dolpi.
"Kita tidak bisa menangkap pelangi, namun kita bisa membuatnya" Kata Ibu Dolpi sambil tersenyum.
"Membuatnya Bu?" Dolpi heran.
"Iya, ibu akan menunjukannya kepadamu".
Ibu Dolpi melompat ke atas udara.
Cipratan air akibat lompatannya menghasilkan warna-warni indah seperti pelangi. Tak sebesar pelangi yang dilihat Dolpi tadi, tetapi sangat bahagia melihatnya.
"Nak, kita dibekali kemampuan yang berbeda-beda oleh Tuhan agar saling melengkapi. Jangan bersedih atas kelemahanmu. Berbahagialah dengan segala kelebihanmu." Nasihat Ibu Dolpi.
Dolpi mengangguk.
Dolpi mengangguk.
"Ibu, aku ingin belajar melompat sepertimu juga! Aku ingin membuat pelangiku sendiri" Teriak Dolpi.
Dolpi dan Ibu melompat bersama-sama membuat cipratan air yang banyak agar bisa dibiaskan siar matahari sehingga terbentuk pelangi.
Komentar