Tentang Nani
Saya lahir di Tasikmalaya pada tanggal 21 Januari 1986. Menjadi anak ke-3 dari 5 bersaudara.
Saya tumbuh di kota kelahiran saya hingga lulus SMA. Kemudian merantau ke Jatinangor (pinggiran Sumedang dan Bandung) untuk kuliah di Sastra Jepang Unpad.
Saat kuliah saya lebih banyak menghabiskan waktu di sekre Bem Kema Unpad dan di jalan (aksi, hidup mahasiswa!! Wwkwkk) daripada ruang kuliah, mungkin itulah yang menyebabkan saya lebih dahulu menjadi sarjana BEM dibanding Sarjana Sastra. Saya kuliah 4 tahun 8 bulan..hehe
Seminggu setelah lulus kuliah, saya langsung mengajar di sebuah sekolah inklusi di Bandung, Mutiara Hati. Selama dua tahun saya mengajar di sana. Kemudian saya pindah ke Sekolah Bintang Madani di tahun 2011. Aktivitas selain mengajar, saya juga aktif di lembaga training Pulpen (Pusat Layanan Pendidikan).
Suatu hari saya melihat postingan teman saya, yang menceritakan program Indonesia Mengajar. Beliau ternyata officer di sana. Kemudian saya mencari tahu programnya seperti apa.
Dengan membulatkan tekad, saya mencoba melamar sebagai pengajar muda.
Setelah melewati beberapa tahapan seleksi alhamdulillah saya diterima sebagai salah satu calon pengajar muda.
Dengan membulatkan tekad, saya mencoba melamar sebagai pengajar muda.
Setelah melewati beberapa tahapan seleksi alhamdulillah saya diterima sebagai salah satu calon pengajar muda.
Di awal April 2012 diberangkatkan ke Kabupaten Bima, NTB bersama 8 Pengajar Muda lain. Saya mendapat tugas mengajar di SDN Oi Marai, Kecamatan Tambora. SD terjauh dibanding teman-teman tim saya yang lain.
Untuk sampai di SD tersebut, saya harus naik bus dengan lama perjalanan 7-8 jam, lalu naik ojeg selama 2 jam.
Untuk sampai di SD tersebut, saya harus naik bus dengan lama perjalanan 7-8 jam, lalu naik ojeg selama 2 jam.
SDN Oi Marai, merupakan satu-satunya SD di Satuan Pemukiman 3, daerah transmigrasi lokal Bima - Lombok.
Dusun kecil dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit dibanding sapi dan kambing yang hidup di sana.
Dusun tak bersinyal dan berlistrik itu terletak di bawah kaki Gunung Tambora. Dengan savana, sungai, pantai yang mengelilinginya.
Saya hidup di sana selama 1 tahun.
Mencicipi kehidupan masyarakat di sana yang begitu sederhana. Mereka tinggal di rumah transmigrasi beratap seng, berdinding kayu berlantai tanah. Saya termasuk beruntung, bisa tinggal bersama orang tua angkat, sepasang suami istri tua yang memiliki rumah dari batu bata.
Mencicipi kehidupan masyarakat di sana yang begitu sederhana. Mereka tinggal di rumah transmigrasi beratap seng, berdinding kayu berlantai tanah. Saya termasuk beruntung, bisa tinggal bersama orang tua angkat, sepasang suami istri tua yang memiliki rumah dari batu bata.
Rumah terlayak yang ada di sana.
Di tengah keterbatasan tersebut, saya mendapatkan banyak limpahan kasih sayang dari murid dan penduduk yang ada di sana.
Di tengah keterbatasan tersebut, saya mendapatkan banyak limpahan kasih sayang dari murid dan penduduk yang ada di sana.
Binar mata anak-anak dan keinginan mereka yang tinggi untuk belajar menjadi salah satu obat kerinduan saya untuk bertemu keluarga.
Di bulan Juli 2013 tugas saya selesai.
Saya bisa kembali pulang ke Tasik dan berkumpul dengan keluarga.
Saya bisa kembali pulang ke Tasik dan berkumpul dengan keluarga.
Sebulan kemudian, saya pergi ke Surabaya menjadi tim pendampingan Sekolah Dasar sekaligus tim Sosialisasi Kurikulum 2013 di Kota Surabaya di bawah Pak Munif Chatib. Bergabung selama 1 semester.
Kemudian saya melamar menjadi officer Indonesia Mengajar, dan bekerja di sana selama 2 tahun. Kesempatan yang sangat berharga bagi saya karena bisa 'jalan-jalan' keliling Indonesia saat site visit atau survey daerah penempatan baru :)
Saya resign di awal 2016 saat usia kehamilan 8 bulan.
Oh Iya, saya menemukan jodoh saya berkat Indonesia Mengajar juga..hehe
Di pertengahan tahun 2014, seorang yang tak disangka-sangka melamar saya. Beliau adalah rekan sepenempatan dulu di Bima. Budiman.
Kami menikah di akhir Januari 2015, beberapa hari setelah beliau selesai tugas mengajar di Halmahera Selatan (beliau bertugas 2x).
Di awal-awal pernikahan, kami mencicipi bagaimana hidup ngekost di Ibukota.
Barulah di pertengahan tahun 2016, kami pindah ke Tangerang Selatan. Suami saya sekarang mengajar di Sekolah Insan Cendekia Madani.
Saya mengenal IIP di tahun 2016, begitu pindah ke Tangerang Salatan. Lalu menjadi peserta matrikulasi batch 2, lanjut Bunda Sayang 1. Di awal tahun 2017 saya menjadi admin WAG-member. Kemudian menjadi manager online di awal bulan September.
Matrikulasi dan IP menjadi sarana saya belajar menjadi Ibu sekaligus menjadi pengobat kerinduan saya untuk beraktivitas.
Alhamdulillah diberikan kesempatan menjadi fasilitator matrikulasi Tangerang Kota batch 4, fasilitator offline Bunda Sayang Tangsel batch 3, Fasilitator Kelas Belajar Menulis IP Tangsel, Guardian Kelas Matrikulasi batch 5 Tangsel-1, Observer Kelas Matrikulasi batch 5 Tangsel-2.
Saya menemukan passion saya saat matrikulasi. Saya senang menulis.
Alhamdulillah sudah ada tulisan saya di 7 antologi :
- 33 Kisah Me Time Story Perjalanan Ibu Bahagia ( kisah me time para #ODOPers)
- My Long Distance Relationship ( Kumpulan Flash Fiction)
- Unbroken Heart( kumpulan kisah inspirasi para perempuan menghadapi problematika rumah tangga)
- Jurnal Ibu Pembelajar (kumpulan jurnal aktivitas ibu dalam menyemai fitrah ananda)
- 26 Dongeng Negeri Peri (Cerita Anak)
- Wonderful Ramadhan (Cerita Anak)
- Meraih Bintang Surga ( Cerita Anak)
- 33 Kisah Me Time Story Perjalanan Ibu Bahagia ( kisah me time para #ODOPers)
- My Long Distance Relationship ( Kumpulan Flash Fiction)
- Unbroken Heart( kumpulan kisah inspirasi para perempuan menghadapi problematika rumah tangga)
- Jurnal Ibu Pembelajar (kumpulan jurnal aktivitas ibu dalam menyemai fitrah ananda)
- 26 Dongeng Negeri Peri (Cerita Anak)
- Wonderful Ramadhan (Cerita Anak)
- Meraih Bintang Surga ( Cerita Anak)
Saya mempunyai banyak mimpi, salah satunya menjadi penulis buku anak.
Walaupun saya sadari, menulis buku untuk anak-anak ternyata lebih sulit dibandingkan menulis untuk dibaca orang dewasa.
Mimpi saya yang terbesar adalah menemani tumbuh kembang Abdillah Adskhan (25 mos) seoptimal mungkin. Saya masih sangat tertatih-tatih menjadi ibu juara baginya. Ya, hadir di rumah 24 jam tak membuat saya bisa 'hadir' penuh untuknya.
Komentar