Junal Fasil - 6
Penyampaian Materi
Di balik senyuman manis para Bunda pembelajar di kelas Bunsay offline Tangsel #3 ini ada serangkaian kisah.
Ada yang pagi-pagi mengondisikan anak dan suami agar bisa pamitan belajar dengan tenang, ada yang berburu alamat mengandalkan gmaps namun tetap nyasar walaupun akhirnya tiba juga, ada yang berusaha melawan morning sickness agar tetap bisa hadir di kelas walau harus melintasi puluhan kilometer, ada yang menitipkan anaknya karena rumahnya mau digunakan, dan lain-lain.
Cerita di balik pertemuan selama dua jam sebulan sekali.
Pertemuan ke-5 Kelas Bunda Sayang Offline, diselenggarakan di rumah Mbak Ventri di Bintaro.
Saya membuka sesi dan menanyakan kabar peserta. Lalu dilanjut dengan sesi menyampaikan aliran rasa materi dan tantangan sebelumnya. Setelah itu saya mereview materi 5.
Dilanjutkan dengan penyampaian materi 6 'Menstimulus Anak Suka Membaca'.
Saya mengajak peserta mengingat kembali kapan mereka bisa membaca.
Berbagai aliran rasa disampaikan.
Mbak Ika menyampaikan bahwa dia merasa tertekan karena saat masih usia 5 tahun sudah masuk SD. Sudah dituntut untuk bisa membaca. Hal itu memberikan efek traumatis bagi dia.
Disampaikan juga oleh Mbak Nandra, bahwa dia bisa membaca saat kelas dua SD.
Mbak Ika dan Mbak Nandra mempunyai titik awal kemampuan membaca yang berbeda, namun pada akhirnya mereka bisa membaca.
Kesimpulan yang didapatkan, menggegas anak bisa membaca bukan hal yang tepat. Yang harus dilakukan adalah menstimulus anak suka membaca.
Mbak Sari juga menyampaikan, anak pertamanya dileskan membaca dan anaknya jadi tertekan. Ternyata hal itu terjadi kepada anaknya Mbak Nandra.
Pertanyaan selanjutnya yang saya lontarkan.
Mengapa membaca penting?
Berbagai jawaban dilontarkan teman-teman peserta, hingga kami mendapat kesimpulan bahwa membaca adalah proses memahami informasi.
Lalu, saya mengajak teman-teman merenungkan tahapan skill memahami dan menyampaikan informasi (skill berbahasa) dengan mengamati kemapuan berbahasa bayi/ manusia. Sehingga didapat kesimpulan tahapannya adalah : mendengar - berbicara - membaca - menulis.
Sesi selanjutnya adalah membagi peserta menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok mempunyai tugas untuk mendiskusikan bentuk stimulus apa yang sebaiknya diberikan kepada anak untuk meningkatkan 4 skill di atas.
Kelompok 1 : stimulus skill mendengar
Kelompok 2 : stimulus skill berbicara Kelompok 3 : stimulus skill membaca
Kelompok 4 : stimulus skill menulis
Setelah diskusi selama 15 menit, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi tersebut kepada teman-teman yang lain.
Keseruan terjadi, saling memberi apresiasi dan menambahi.
Materi sudah tersampaikan. Waktunya menyampaikan tantangan, saya pun menjelaskan tantangan 10 hari. Peserta menyambut dengan antusias.
Pengerjaan Tantangan 10 hari
Saya memberikan waktu untuk mengerjakan tugas, tanggal 7-25 Maret.
Alhamdulillah semua peserta mengerjakan, hanya saja Mbak Mala izin tidak mengerjakan karena kondisi beliau sakit bergantian dengan anaknya.
Inilah rekapitulasi badge level 5
Badge Materi 5
Dwiana Wismaningsih
Dyah fatmasari
Fatmasari Yahya
Fifi Silvya
Keni Astuti Prabawati
Nandra amirsyah harahap
Nita Indah Mayasari
Ventriana Dian Putri
Widhyanua sarjana aryandari
Yunda Fitrian
Zakariyyah
You are excellent
Widhyanua Sarjana Aryandari
Nandra amirsyah harahap
Review Materi dan Aliran Rasa
Aliran rasa disampaikan pada pertemuan selanjutnya. Berikut aliran rasa peserta, yang dicatat oleh Mbak Widhya
Mbak Nandra
Kebetulan proyek Mbak Nandra dimateri sebelumnya adalah menanamkan minat baca untuk anak-anaknya. Alhamdulillah terfasilitasi dengan materi berikutnya. Meski anak-anak masih harus dibacakan, namun setiap hari sudah tampak ada interaksi dengan buku.
Widhya
Saya sendiri merasakan kendala utama pada materi sebelumnya adalah karena tidak hadir itulah. Sehingga saya berusaha menafsirkan sendiri materinya. Greget dalam mengerjakan tantangan rasanya kurang. Heu…
Mbak Wiwik
Aliran rasa dari Mbak Wiwik cukup senang dan berhasil. Kebetulan ketika tantangan diberikan, sedang masa libur sekolah. Mbak Wiwik mengajak anak-anaknya wisata perpustakaan. Perpustakaan Cikini menjadi tujuan pertama. Si sulung sudah bisa membaca, sementara si bungsu masih suka main-main.
Tujuan kedua adalah perpustakaan daerah Tangerang Selatan. Menurut Mbak Wiwik tempatnya kecil, hanya sebuah ruko. Tempat bukunya pun berantakan sehingga terkesan kurang nyaman. Petugasnya dirasa juga kurang ramah. Begitu menurut cerita Mbak Wiwik.
Perpustakaan ketiga adalah perpustakaan KEMENDIKBUD. Buku-buku yang tersedia bagus-bagus, cukup lengkap, ruangan sangat nyaman, dan bersih. Selama di sana anak-anak Mbak Wiwik tampak nyaman. Apalagi setelah mengetahui ternyata ada sebuah ruangan Sentra PAUD yang berisi beragam mainan. Anak-anak disuguhi mainan, tentu saja bahagia. Jujur saja setelah menyimak Mbak Wiwik, saya jadi ingin mengunjungi perpustakaan KEMENDIKBUD. Saya baru pernah mengunjungi PERPUSNAS.
Oiya, untuk mengerjakan pohon literasi, anak-anak cukup antusias. Setiap hari dihitung jumlah buku yang sudah dibaca anak-anak. Keduanya sama-sama tak mau kalah.
Mbak Yunda
Mbak Yunda menceritakan bahwa anak-anaknya juga bersaing. Saling menghitung jumlah buku yang dibaca masing-masing. Senang yaa anak-anak semangat membaca. Kendala justeru pada suami. Menurut Mbak Yunda, suami beliau tipe yang tidak gemar membaca. Kadang kala Mbak Yunda pun diingatkan oleh anak-anak untuk membaca. Sangat merasakan kurang baik dalam memanajemen waktu, sehingga sering keteteran untuk membaca buku. Sepertinya ini problem yang banyak dialami ibu ya.
Mbak Mala
Nah, Mbak Mala merasa failed ditantangan kemarin. Kenapa? Karena sakit yang bertubi-tubi, efek bola pingpong. Semua anggota keluarga termasuk Mbak Mala sakit bergantian. Bagaimanapun sakit menjadikan diri tak stabil. Mbak Mala bercerita, saat diminta mengerjakan aliran rasa, beliau marah-marah dengan suaminya. Diberi tugas membuat dan menggambar pohon, akhirnya Mbak Mala juga yang menyelesaikan. Padahal Mbak Mala sudah menceritakan proyek tantangan setiap pulang dari kelas, tapi tetap saja belum memberikan efek greget pada suami. Pukpuk Mbak Mala, sehat-sehat terus ya.
Mbak Sari
Mirip seperti Mbak Mala, Mbak Sari pun merasa failed pada tantangan kemarin. Karena merasa pasangannya tidak bersemangat mengerjakan tantangan. Menurut cerita Mbak Sari, padahal pohon literasi ada di sebelah kasur. Maksud hati, supaya ingat dan bersemangat membaca saat melihatnya. Namun tetap saja belum bisa memberikan efek pada suami Mbak Sari.
Mbak Ika
Mbak Ika menceritakan bahwa dengan tantangan kemarin mampu mengembalikan ritme tidur Yusuf. Bagaimana tidak? Sebelum tidur siang maupun malam, Yusuf selalu dibacakan buku sebagaimana dulu saat masih kecil. Efeknya luar biasa sekali ketika menjadikan membaca sebagai sebuah rutinitas. Cerita Mbak Ika kemarin sangat menggebu-gebu khas Mbak Ika. Saya sampai larut dalam ceritanya dan tak sanggup menceritakan ulang.
Alhamdulillah, materi 5 selesai disampaikan. Tetap semangat! In Sya Allah wisuda bersama-sama
Komentar