Aliran Rasa Komunikasi Produktif
Tuntas merampungkan tantangan 10 hari komunikasi produktif, bukan berarti saya sudah berhasil menjadi komunikator yang baik.
Berkomunikasi dengan suami dan Adskhan ternyata hanyalah latihan sederhana.
Komunikasi yang lebih rumit saya alami ketika mudik ke Tasik. Berkumpul dengan keluarga besar (7 orang dewasa, 1 anak 6 tahun, dan 4 batita) adalah the real tantangan komunikasi produktif bagi saya.
Jika saya dan suami, tak perlu banyak berdebat untuk memutuskan sesuatu karena cara pandang dan prinsip kami hampir sama, maka berbeda dengan yang terjadi di keluarga besar.
Dimulai dari hal sepele..
Para batita sedang lincah-lincahnya..
Alifa (22m), Adskhan (11m), (Aprilia (8m) dan Arfa (6m).
Mereka punya cara sendiri dalam bereksplorasi.
Jika saya dan suami cenderung membiarkan, mengamati dan mendampingi maka pola asuh yang terjadi di keluarga besar adalah melarang dengan kata-kata, dan cenderung memproteksi.
Saya kadang keceplosan langsung menyampaikan apa yang saya pahami, tanpa melihat situasi (choose the right time), namun alhamdulillah tidak ada konflik atau sanggahan dari keluarga besar saya. Walaupun begitu, saya tahu saya keliru dalam menyampaikan.
Qadarullah anak saya sakit pada saat saya mudik dan LDMan dengan suami, tantangan komunikasi pun semakin bertambah.
Pro kontra meminumkan antibiotik, makanan untuk Adskhan, cara membujuk meminumkan obat ala saya dan neneknya menjadi latihan komunikasi produktif tersendiri.
Ternyata..
Walau Frame of Experience cenderung sama, tetapi jika Frame of References berbeda lebih rumit komunikasinya..
Pemahaman dan pengetahuan saat ini akan membentuk kesadaran untuk mengubah dan memperbaiki apa yang dianggap keliru yang pernah dialami di masa lalu.
Sedikit demi sedikit saya mulai berbagi secara tidak langsung mengenai komunikasi produktif kepada keluarga besar saya.. Dengan cara dan bahasa yang lebih mudah dipahami dan diterima.
It takes a Village to raise a CHILD
***
Selama 10 hari menuliskan cerita komunikasi produktif dan berlatih konsisten mempraktikannya, ternyata mengajarkan saya untuk..
1. Merefleksikan dan menulis apa yang terjadi setiap hari dan menangkap momen seru yang terjadi di keluarga kami
2. Berani mengakui kesalahan dan memperbaikinya, tak jarang saya dan suami saling mengoreksi cara kami berkomunikasi dan berkomitmen memperbaikinya. Jika salah satu mengulangi kesalahannya lagi, yang lain mengingatkannya.
3. Menularkan cara berkomunikasi produktif minimal ke lingkaran terdekat kita.
4. Berlatih berlatih berlatih.
Ciater, 17 Februari 2017
Komentar