Menyentuh Hati dengan Hati
Lagi-lagi, dua bocah ini jadi topik hangat rapat guru. Kali ini dengan ulah mereka yang mengganggui adik kelasnya.
Fahri dan Aiman, saya mengenal sosok mereka berdua saat kedatangan pertama ke Sekolah Bintang Madani. Saya yang datang lebih awal satu jam dari peserta psikotes yang lain, duduk di ruang guru sambil mengisi form biodata. Tiba-tiba datanglah tiga bocah gaduh (+ Raka) yang ternyata akan diajari membaca oleh Bu Nining.
Kehadiran mereka di ruang guru yang sepi, sedikit mengurangi ketegangan saya yang akan dipsikotest. Dengan SKSD saya coba gabung dengan Fahri, Aiman, Raka yang sedang asyik menggambar sebelum diajari membaca.
Saya memuji gambar salah satu diantara mereka yang sangat rapih dan detail. Saya lupa lagi yang mana anaknya diantara mereka bertiga. Karena saya gak tahu namanya, saya memanggil mereka dengan sebutan 'kamu' pada setiap anak. Namun, saya ditegur oleh salah satunya dan mengatakan kalau menyebut kamu itu tidak sopan, akhirnya berkenalanlah saya dengan mereka bertiga.
Beberapa kali saya ke Bintang Madani selalu bertemu mereka, dengan aktivitas menggambar, main di luar atau belajar membaca. Saya pun menyimpulkan bahwa mereka mempunyai gaya belajar yang unik.
Hingga akhirnya, resmilah saya jadi tim pengajar di Bintang Madani, saya pun mulai mengetahui bahwa mereka memang unik. Memiliki karakter yang berbeda dan butuh penanganan khusus masalah kognitif dan sikap.
Saya yang terbiasa bergaul dengan anak-anak berkebutuhan khusus, merasa kalau mereka pun berkebutuhan khusus dalam hal perhatian. Dan lagi lagi, ketika ada seorang anak yang 'bermasalah' di sekolah gak akan jauh penyebabnya dari bagaimana perlakuan dan pola asuh di rumah.
Masih ingat jelas hari-hari saya bersama Hizkil, Faiz, dan sebelumnya Ali. Tiga murid yang benar-benar membuat saya belajar bersabar.
Tarik ulur, perlakuan itu yang saya lakukan. Dalam suatu kondisi saya akan sangat tegas (bahkan dibilang galak sama mereka), dan dalam kondisi yang berbeda saya berusaha bersikap lembut. Walaupun dalam menangani mereka saya cenderung bersikap sangat tegas. Selalu merasa bersalah jika ingat sikap saya yang mungkin terlalu keras. Semoga itu yang terbaik untuk mengubah sikap mereka yang kurang disiplin dan tidak ada gairah belajar.
Benar-benar bahagia dan terharu saat melihat perubahan Faiz yang semakin hari semakin baik. Faiz yang selalu ogah-ogahan diberikan tugas, berlari keluar saat teman-temannya belajar, tidak bisa membaca dengan lancar, justru di pertengahan kelas tiga selalu meminta tugas dan meminta saya mengajarinya. Walaupun belum terlalu lancar membaca dan masih belum rapih menulis, tetapi Faiz tak pernah menyerah. Dia selalu ingin menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Dan akhirnya, kepindahan saya membuat saya harus berpisah dengan Faiz yang sudah 2 tahun menjadi murid saya.
Sosok Fahri dan Aiman sedikit banyak berbeda dengan Faiz. Tentu saja, karena memang setiap anak sangatlah unik.
Saya selalu meyakini bahwa tidak ada anak yang nakal, yang ada adalah anak yang butuh perhatian dan penanganan sedikit berbeda dengan temannya.
Fahri, beberapa minggu ini lumayan dekat dengan saya (atau mungkin saya yang keGRan aja...hehe) setelah saya pinjamkan laptop kepadanya dan mengprintkan gambar resident evil. Saya mulai merasa ada kedekatan diantara Fahri dan saya (ngaku-ngaku lagi kayanya..hehe) tetapi memang dalam beberapa kondisi Fahri sangat penurut dan mudah untuk saya kondisikan. Bahkan tak jarang dia ikut main di kelas saya dengan anak-anak kelas 1 (adik kelasnya). Kalau Aiman, sepertinya masih agak susah buat saya menyentuh hatinya.
Menyentuh hati! Itu kuncinya. Sesuatu yang berasal dari hati pasti akan sampai lagi ke hati. Saya sedang berusaha selalu membuka hati untuk semua murid-murid saya. Mencintai mereka apa adanya. Terkadang begitu mudah jatuh cinta kepada mereka, terkadang juga agak sulit. Apalagi terkadang saya sangat subjektif menilai mereka.
Menyentuh hati Fahri dan Aiman adalah tantangan besar yang harus saya taklukan. Bukan untuk mengusai mereka, tetapi untuk menyatakan bahwa saya peduli, saya menyayangi mereka dengan tulus dan akan memberikan kasih sayang kepada mereka.
Bukankah hati adalah samudera kasih sayang yang tak bertepi, yang takan pernah surut air kasih sayangnya jika dibagikan kepada semua orang..
Ketika mencintai, maka tak ada rasa cinta kepada pihak lain yang berkurang tapi justru menjadi tabungan cinta yang siap diambil saat hati mulai kekeringan.
ku mencintaimu dalam keterbatasanku....
dalam
kerasnya egoku
rapuhnya sabarku
dangkalnya ilmuku
karena kalianlah yang telah membuatku belajar....
melunakan egoku
meluaskan sabarku
mengkayakan ilmuku
love u coz Allah
all of my students
Komentar