Nyasar


Adakah orang yang gak pernah nyasar?
mungkin saja.
Bagaimana dengan saya?
hmmm, sering..hehe

Pada suatu hari di pertengahan tahun 2004, saya ingin mengembalikan formulir SPMB ke Sabuga, saya dan beberapa teman menginap di Jatinangor (Kostan kakaknya teman). Sebelum kita berangkat ke Sabuga, kami berjalan-jalan dulu keliling kampus Unpad Jatinangor, hingga secara tidak sengaja (alias nyasar) saya tiba di kampus Fakultas Sastra Unpad, gedung Pusat Studi Bahasa Jepang lebih tepatnya.

Setahun kemudian, saya dan teman bermaksud membayar uang kontrakan ke pemilik kontrakan yang tinggal di Arcamanik. Kami keliling-keliling perumahan disana dan sempat beberapa kali salah mijit bel rumah orang.

Dua tahun kemudian, saya dan teman diundang ke sekre Kamda Jabar di daerah Awibitung. Dan ternyata kami kebablasan sampai daerah Antapani. Karena memang belum tahu alamatnya. Lagi-lagi nyasar! ^^v

Segala sesuatu yang terjadi di dunia atas izin Allah, daun yang jatuh di malam yang pekat pun terjadi atas izinNya. Apalagi kenyasaran saya ke beberapa tempat selama ini. Saya sering merenungkan kejadian-kejadian yang menimpa saya, dan Allah tak pernah menjadikan sesuatu yang menimpa umatnya kesia-siaan belaka.

Ternyata hasil SPMB menyatakan saya diterima di Sastra Jepang Unpad, kampus yang secara gak sengaja pernah saya tandangi. Kemudian setelah lulus kuliah saya bekerja dan tinggal di Antapani, daerah yang pernah saya jelajahi bersama tukang angkot dan rekan saya sambil mencari sekre Kamda. Dan saya pun kini lima hari dalam seminggu bolak-balik melewati daerah Arcamanik yang dulu saya pernah selusuri untuk mencari sebuah alamat.
Untung waktu itu belum ada Ayu Ting ting dan lagu fenomenalnya..hehe

Subhanallah..

Allah selalu punya skenario indah untuk kita ummat-Nya.


“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang itu karena mereka akan masuk neraka.” (Q.S Shad : 27)
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S Ali Imron : 191)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS: Ali Imran: 190)
Berbicara tentang nyasar, saya pernah mendapatkan materi tentang apa yang harus kita lakukan ketika nyasar atau tidak tahu dimana posisi kita. Materi ini saya dapatkan dari seorang senior ahli menaklukan gunung saat saya masih berstatus calon anggota Pramuka Unpad.

Rumusnya yaitu STOP.

  • Stop
Ketika kita menydari bahwa kita nyasar, hal pertama yang harus dilakukan adalah berhenti. Jangan melanjutkan perjalanan, jika tidak tahu dimana posisi kita.
  • Thinking
Setelah berhenti, maka kita harus segera berpikir. Salah belok kah, salah membaca peta kah.
  • Observing
Setelah berhenti dan berpikir sebab musababnya nyasar, maka langkah selanjutnya adalah mengobservasi lingkugan daerah tempat keberadaan kita saat itu. Mencocokan kenampakan alam sekitar dengan peta dan kompas.
  • Planning

Setelah mengobservasi barulah merencanakan langkah yang harus diambil selanjutnya. Jalan lurus, belok kanan, belok kiri atau bubar jalankah..hehe

Senior saya pun mengatakan ada satu kompas yang paling efektif ketika kita nyasar. Tetapi kompas ini baru bisa berfungsi ketika ada orang yang kita temui.Yaitu kompas bacot alias bertanya. ^^v

Teori ini kadang saya pakai dan kadang saya lupakan ketika sedang nyasar. Saya biasaya langsung menggunakan jurus  kompas bacot, karena selama ini saya nyasarnya ditengah-tengah keramaian manusia kota. :-)

Selalu ada pengalaman yang unik ketika saya nyasar.
Apalagi setelah saya tinggal di Antapani saya sering sekali salah alamat. Selain karena saya bukan penduduk asli Antapani yang tidak tahu seluk beluk jalan disana, penomoran rumah di Antapani pun unik. Nomor genap berurutan dengan nomor rumah genap, begitupun dengan penomoran rumah ganjil. Hampir setiap kali saya mencari alamat di Antapani pasti ngalamin nyasar. Dari mulai nyari alamat MB baru, temen liqo sampai rumah murid saya.

Setahun yang lalu, saya punya murid yang sangat istimewa karena tidak mau sekolah. Akhirnya agar anaknya mau sekolah, orangtuanya sengaja pindah rumah ke daerah yang cukup dekat dengan sekolah. Walaupun sudah cukup dekat, tetapi murid saya tetap mogok sekolah.
Atas kesepakatan saya dan orang tuanya, saya memutuskan untuk mengunjungi rumahnya sekaligus 'nyampeur' dia agar mau ke sekolah. Saya berangkat pagi-pagi sekali dari kostan menuju alamat yang diberikan orang tuanya. Hampir setengah jam saya keliling-keliling tetapi tidak ketemu. No telpon orang tuanya pun tak ada yang bisa dihubungi. Akhirnya saya menyerah dan segera menuju tempat saya mengajar karena saya sudah terlambat beberapa menit.
Esoknya, saya inisiatif naik ojeg. Saya percaya 100 % bahwa si Emang Ojeg bisa mengantarkan saya ke rumah murid saya. Tetapi apa yang terjadi, setelah setengah jam keliling-keliling si Emang pun nyerah. Dia bahkan gak minta bayaran karena tidak berhasil membantu saya. Oh tidak bisa, hak Emang Ojeg harus saya tunaikan. Hari itu pun nihil. Saya selalu menghubungi nomor telpon orang tua murid saya tapi tak pernah nyambung. Di sms failed terus, bingung juga mau gimana.
Tapi saya gak boleh menyerah. Kali ini saya berangkat lebih pagi lagi. Mencari alamat dengan lebih semangat. Mengetuk beberapa pintu yang saya kira rumahnya. Biarin malu juga yang jelas harus membuahkan hasil.
Dipintu kesekian yang saya ketuk, tiba-tiba tuan rumah langsung mengenali saya
"Aduh, Eneng masih belum nemu rumahnya yah? Kasian si Eneng. saya ini yang kemarin Eneng tanyain alamatnya sama tukang ojeg. Kemarin lusa juga saya ditanya Eneng tentang alamatnya" katanya
Malu campur terharu, ternyata Ibu itu mengenali saya. Saya masih ingat, sehari sebelumnya saya bertanya kepada beliau saat beliau ada di warung.
Saya pun pamit dan memutuskan untuk mengakhiri pencarian saya. Saya menyerah. Sesampainya di sekolah, ternyata sudah ada Ibu dan anak yang tiga hari ini menjadi most wanted DPO. Saya tersenyum lemas dan senang.
Sang Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mau sekolah dan menjelaskan bahwa handphonenya rusak sehingga tidak bisa menerima telpon.

Saya belum menemukan rahasia Allah dibalik nyasarnya saya selama tiga hari itu, selain arti kesabaran dan kesungguhan seorang guru dalam mendidik muridnya serta Allah selalu ingin melihat ikhtiar hamba-Nya sebelum DIA mengabulkan permintaan hamba-Nya.

Saya selalu merenung, jika saya sering nyasar dalam mencari alamat apakah kehidupan yang saya jalani sekarang sudah benar alamatnya kah?

Berada dalam jalan yang lurus yang Allah ridhoi kah?
Semoga semoga semoga. Berusaha tetap istiqomah di jalan ini yang saya yakini sebagai jalan dakwah walaupun saya belum berkontribusi apapun bagi dakwah.

Sudah benarkah peta yang saya pegang?
Peta yang sengaja saya buat untuk menikmati hidup yang Allah berikan. Peta hidup saya.

Tersediakah kompas dalam tas saya?
Petunjuk bagi peta yang saya jalani. Al Qur'an. Kompas yang sedang saya instalkan ke hati dan memory saya. Tidak ingin hanya sekedar membacanya saja.

Cukupkah perbekalan saya?
Ilmu untuk menerangi setiap jalan yang saya lalui.

Dengan siapakah saya akan melewati perjalanan panjang ini?
hmm, masih menanti rahasia indah dari-Nya.

_semoga gak ada kata nyasar untuk yang satu ini_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

Andragogi dan Fasilitasi

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu