wanita 'panggilan'

"Gimana Bu, bersedia gak ngegantiin saya ngeprivat?" Tanyanya..

"Baik Bu, dari sejak pindah ngajar ke BM saya emang gak megang privatan" jawabku.

***
"Alhamdulillah ngajinya sudah selesai, Ummi senang Alif sangat bersemangat ngajinya. Sulthan juga baru 3 hari belajar ngaji tapi sudah lancar, buku ummi jilid 1nya sudah beres. Senin Ummi bawain yang jilid 2nya" kataku pada Sulthan dan Alif. Dua kakak beradik ini sudah tiga hari aku privatin. Awalnya aku menolak saat Mama Sulthan memperkenalkanku ke anak-anaknya dengan sebutan Ummi, secara aku kan masih single gituh..hehe
"Gak apa-apa Nan, untuk membiasakan ke anak-anak" jawab Mama Sulthan yang sampai sekarang pun aku belum nanya siapa nama asli beliau..hehe

Seperti dejavu, setelah vakum ngeprivat selama 6 bulan (karena murid privatanku pindah keluar pulau dan aku yang pindah sekolah) aku mulai ngeprivat lagi. 
Selalu menegangkan waktu pertama kali berkunjung ke rumah yang akan aku privatin. 
Masih ingat, murid privatanku yang pertama adalah Ayu, siswi kelas 3 SMU yang minta aku ngajarin dia bahasa Jepang (waktu itu aku masih kuliah n sibuk ngeBEM). Kedatangan pertama aku ke rumah Ayu yang terletak di Asrama Polisi langsung disambut oleh gonggongan anjing yang setia menjaga rumahnya. Wuiih cukup nyeremin. Aku ngeprivatin Ayu hanya satu bulan, karena dia keburu fokus untuk UAN dan SPMB. Tetapi komunikasi kami tetap terjalin, sempat beberapa kali smsan. Dia cerita tentang keinginannya kuliah di Sastra Jepang sedangkan orang tuanya ingin dia masuk STAN. Apa kabar Ayu? Sensei kangen... no mu udah gak aktif :(

Setelah berhenti ngeprivat Ayu, aku diminta untuk ngeprivat lagi. Ngeprivat pelajaran fisika dua siswi SMU kelas 2. Yang satu rumahnya di Kircon yang satunya lagi di Uber. Sebenarnya jarak tak masalah buatku, walaupun cukup menguras ongkos, waktu n tenaga juga untuk mencapai rumah murid2 privatanku. Tapi yang paling berat buatku adalah pelajaran yang aku privatin. FISIKA! Otakku bekerja sangat keras agar bisa memberikan hak murid privatanku. Akhirnya aku nyerah, hari kedua aku langsung mundur... Waktu itu sudah tiga tahun lebih otakku pensiun dari yang namanya fisika, sehingga sulit sekali untuk menyambungkan denrit-denrit tentang pelajaran yang satu ini. Kalau kimia kayanya masih tersisa rumus2nya dalam long term memory ku :-) 

Pegalaman ngerivat selanjutnya adalah ngeprivatin Bahasa Jepang Teteh Aisyah. Dia adalah putri dari owner sekolah tempat aku mengajar pertama kali. Seru juga ngeprivatin Aisyah, anaknya mempunyai kecerdasan linguistik yang tinggi. Aku ngerasa dia lebih pinter daripada aku saat belajar bahasa Jepang. 
Karena sore hari biasanya sibuk, akhirnya jadwal yang dipilihpun setiap jam 6 pagi. Wow mantap! Pagi-pagi udah nongkrong di bangku depan Asma. Namun sayang, seiring dengan kepindahanku dari sekolah milik orang tuanya berakhir pula romansa pagi hariku bersama Aisyah.

Hana adalah murid yang selanjutnya aku privatin. Awalnya Mama Hana minta aku ngeprivatin pelajaran, tapi aku menolak karena Hana muridku dan di sekolah ada kebijakan guru gak boleh ngeprivatin pelajaran muridnya. Akhirnya Mama Hana minta aku ngeprivatin ngaji, setelah mendapat izin dari kepsek akupun menyetujuinya. Pengalaman ngeprivatin Hana sangat berkesan. Mamanya sangat baik dan mendukung perkembangan anaknya. Aku ngerasa hubunganku dengan Hana sangat dekat apalagi saat Mama nya pergi haji, dan Mama Hana menitipkan Hana kepadaku. Aku seolah-olah menjadi pengganti Mama nya. Walaupun sudah seharian ketemu di sekolah dan lanjut lagi ngaji di rumah, tapi malamnya Hana masih sering menelponku.
Pernah suatu hari, aku dan Hana menghabiskan waktu seharian dengan jalan-jalan ke Taman Lalu lLintas, nonton bareng Harry Potter lalu makan steak di foodcourt BIP. Hanya berdua, aku dan Hana.
Tak jarang juga saat di rumahnya kami bermain sepeda dan basket bersama. Hana juga menemaniku saat aku merasa bahagia, dan juga sedih. Bahkan aku pun sering curhat sama Hana. Rumah Hana telah menjadi saksi sebuah kisah indah yang belum berakhir indah. 
Hal yang paling membahagiakan buatku adalah Hana begitu semangat mengaji. Pagi, sore dan malam selalu mengaji. Bahkan dalam sebulan dia baca sebanyak 7 juz. Luar biasa buat anak kelas 3 SD. Dan alhamdulillah, Hana bia Hatam Qur'an sebelum dia naik kelas 4.
Perpisahanku dengan Hana adalah karena aku memutuskan untuk pindah mengajar dari sekolah Hana. 

Selanjutnya... Mas Said, siswa kelas 5 SD. Diwaktu aku ngeprivatin Hana, aku juga ngeprivatin Mas Said. Hana dan Mas Said sama-sama mempunyai ayah yang kerja di luar pulau. Ayah Hana di Freeport dan Ayah Said di Global Kalimantan.  Mas Said anak yang sangat cerdas, cuma karena dia sekolahnya di SD Priangan yang rata-rata setiap hari mempunyai PR minimal 2, Mas Said harus punya guru privat untuk mengawasinya mengerjakan PR... :(
Hasilnya, Said yang cerdas pun berubah menjadi anak yang 'kurang antusias untuk' belajar karena merasa terlalu dibebani PR setiap hari. Said kerap kali mogok mengerjakan PR dan malah menggambar komik Mr. Stupid. Aku sangat kagum terhadap komik buatan Sa'id, dia punya kecerdasan spacial visual yang luar biasa. 
Kalau rumah Hana menjadi saksi awal dari kebahagiaanku yang belum berakhir bahagia, kalau rumah Mas Said menjadi saksi kesedihanku yang belum berakhir sedih. Berawal di rumah Hana dan berakhir di rumah Said. 
Perpisahanku dengan Sa'id karena kepindahannya ke Balikpapan untuk menyusul ayahnya.
Yah, aku merasa itu yang terbaik buat Sa'id. Dia masih butuh sosok ayah yang selalu ada disampingnya. 

Dan sejak tiga hari yang lalu aku berkenalan dengan Sulthan, Alif dan Raihan. Orang tuanya meminta aku ngeprivatin  mereka ngaji. Tak tanggung-tanggung, setiap hari dari Senin ampe Jumat. Aku yang memang gak ada kerjaan setelah pulang sekolah langsung bersedia, bukan karena gak ada kerjaanya tapi karena aku melihat potensi yang sangat luar biasa dari Sulthan, Alif dan Raihan.

Sulthan adalah murid utamaku, dia anak kelas 1 SD. Targetku sampai dia benar-benar bisa lancar baca Qur'an dan hafal beberapa surat juz 30 dan rajin sholat. Kalau Alif, baru berusia 4 tahun. Aku gak berani target banyak tentang dia walaupun dia sangat antusias saat belajar ummi. Targetku Alif bisa lancar baca dan mulai terbiasa melakukan aktifitas ibadah walaupun belum benar-benar tertib. Raihan, baru satu hari kutemui. Dia tetangga Sulthan dan Alif. Aku sangat sedih saat murid kelas 3 SD ini masih terbata-bata mengenali huruf hijaiyah dan belum hafal surat-surat pendek seperti Al Falaq.

Kemarin, setelah mereka selesai mengaji aku terangkan sedikit tentang rukun islam. Mereka bertiga sangat antusias, bahkan Alif kecil juga. Tiba-tiba Sulthan nyeletuk "Ummi, aku mau rajin sholat tapi aku belum tau gimana bacaan sholat. Ummi kasih tahu aku yah" deg! Aku merasa benar-benar sedih sekaligus terharu. Ya Allah, mungkin banyak anak-anak seperti Sulthan yang belum tau bacaan sholat.
"Iya Nak, akan Ummi ajarkan" jawabku

Aku pun pelan-pelan membimbing mereka bertiga, aku perlihatkan video tentang belajar sholat. Alhamdulillah, kebetulan hari itu aku bawa laptop. Dengan antusias mereka bertiga mengikuti gerakan dan bacaan sholat. Bahkan sebelum aku pulang aku dengar mereka bertiga janjian berangkat bareng ke mesjid untuk sholat magrib berjamaah. Padahal hari itu masih jam 5 sore.
Ah, ada perasaan bahagia dalam hatiku. Itulah salah satu kebahagiaan seorang guru, saat muridnya terbiasa melakukan suatu kebaikan dan amalan.
Aku pun teringat anak-anak Andromeda, merasa lega karena mereka sudah lancar bacaan sholatnya. 

Seperti biasa, hari ini pun aku kembali datang ke rumah Sulthan dan Alif. Walau sedikit telat karena hujan besar menjebakku di sekolah, tapi alhamdulillah aku bisa kembali bertemu mereka walau tanpa Raihan. Setelah selesai mengaji, aku pun mulai bercerita tentang malaikat-malaikat. Tiba-tiba Sulthan nyeletuk 
"Ummi, malaikat itu pake jubah item yah. Terus bawa cangkul panjang dipundaknya. Aku lihat itu di TV"
"Yang Sulthan lihat kartun bukan?" tanyaku.
"Iya Mi" jawabnya
"Kalau kartun berarti bikinan siapa?" tanyaku
"Manusia" jawabnya
"Berarti  Malaikatnya asli apa palsu?"
"Boongan yah Mi" jawan Sulthan
"Allah menciptakan Malaikat dari cahaya" kataku
"Oh, kalau gitu malaikat itu gak keliatan yah Mi." teriaknya
"Iya"
"Yang menciptakan Malaikat itu Allah kan Mi? Terus Allah ada dimana? Allah kaya manusia gak Mi?" tanya Sultah lagi penuh semangat
Deng, aku berpikir keras. 
"Sulthan liat itu apa?" tanyaku sambil menunjuk meja kayu di sampingnya.
"Meja"
"Siapa yang membuat meja?"
"Tukang kayu"
"Meja sama gak kaya tukang kayu?" tanyaku
"Beda"
"Allah juga beda dengan manusia, Nak. Allah menciptakan dunia yang indah dan luar biasa. Berarti Allah lebih indah dan luar biasa dari dunia" jawabku semakin berpikir keras takut salah jawab.
"Oh, terus Allah tinggal dimana?"
"hmmm, Arasy. Langit. Tapi Allah bisa melihat kita. Melihat Sulthan dan Alif yang rajin belajar dan mengaji. Allah akan sayang sama anak yang rajin belajar" jawabku
" Oh, makanya yah aku gak bisa lihat Allah. Abis Allah ada di langit"
"Allah ada dimana-mana, tidak hanya di langit Nak" waduh, kayanya aku tadi salah jawab. Anak ini cerdas sekali..
"Mi, nanti setelah kiamat, anak yang nakal dimasukin ke neraka yah?" tanya Sulthan lagi.
"Iya, tapi Allah juga akan melihat siapa saja yang sering berbuat baik, rajin sholat dan ngaji. Anak yang baik akan Allah masukan ke dalam syurga"
"Aku gak mau masuk syurga" teriak Alif tiba-tiba
"Tau gak, di syurga itu ada sungai yang sangat indah. Ada dipan-dipan, ada piala-piala. Ada makanan yang banyak. Di sungai-sungai itu ngalir minuman-minuman yang enak. Ada susu. Nanti kalau Alif mau susu, gak udah bikin atau beli susu dulu tapi bisa langsung ngambil dari sungai itu" jelasku sambil memutar otak.
"Mama, Alif mau masuk surga, kata Ummi di syurga ada sungainya!" teriak Alif sambil berhambur nyari Mamanya.
Huft, anak-anak yang cerdas! Aku pun lanjut menceritakan beberapa malaikat dan tugas-tugasnya. Sulthan sangat semangat dan cerdas saat menceritakan bagaimana kalau hujan itu bisa membuat mahluk hidup gembira. Dengan bahasa anak-anak tapi begitu analitis. 
Baru saja tiga hari bersama mereka aku sudah benar-benar jatuh cinta. 

"Udah yah belajarnya. InsyaAllah hari Senin Ummi ke rumah lagi. Nanti kita belajar lebih banyak lagi. Yuk, kita baca doa setelah belajar dulu" penutupku
"Nanti Ummi cerita lagi yah" kata Sulthan
"ok!"

Aku siap-siap untuk pulang, sebentar lagi magrib. Rumah Sulthan sekomplek dengan rumah Hana. Aku belum sempat silaturrahim ke rumah Hana dan mengabari kalau setiap hari Senin sampai Jumat aku akan ada di kompleknya. Benar-benar komplek penuh kenangan, dejavu jumat setahun yang lalu dengan tanggal yang kurang sehari.

Mama Sulthan ingin mengantarku pulang, ingin tahu kostanku katanya. Aku gak berani nolak. Dua bocah murid privatanku pun dengan semangat ingin ikut mengantarkanku. Mereka langsung pergi ke kamar mengambil jaket dan topi. Tapi Mamanya tidak mengijinkan karena hari sudah mulai agak gelap dan sedikit gerimis.  Aku menawarkan diri untuk tidak diantar saja, kasihan anak-anak yang terus merengek ingin ikut. Tapi Mama Sulthan bersikeras ingin mengantarkanku dan tak mau menyertakan Sulthan dan Alif.

Sulthan masih merengek saat aku keluar rumahnya, sedangkan Alif mulai menangis dengan kata-kata yang kurang baik yang diteriakannya. Sedih, mendengar anak empat tahun menangis dengan mengumpatkan kata-kata yang kurang baik.
PRku masih banyak, batinku...

10.39 pm
12/9/2011

_catatan malam, sambil merenungi perjalanan setahun terakhir ini_
tepat setahun

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu

Andragogi dan Fasilitasi