Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Mengisi dan Mengirim Wesel Pos (B.Ind/VI/I)

Abstraksi Mengisi formulir wesel pos   merupakan salah satu kompetensi dasar dari pelajaran Bahasa Indonesia kelas 6.   Menjelaskan cara mengisi dan mengirim wesel pos menjadi hal penting   karena tidak semua orang memiliki   rekening bank yang bisa digunakan untuk mengirim uang secara praktis. Bagaimana cara mengajarkannya kepada siswa kelas 6 SDN Oi Marai? Simulasi di dalam kelas dirasa menjadi metode yang cukup efektif, karena akses untuk menuju kantor pos di kecamatan Tambora yang cukup jauh sehingga kurang memungkinkan apabila siswa langsung melakukan simulasi ke kantor pos.   Latar Belakang Kondisi Kelas Jumlah siswa kelas 6 SDN Oi Marai sebanyak 8 orang dengan gaya belajar yang berbeda-beda (visual, auditori, kinestetik). Siswa SDN Oi Marai merupakan warga transmigran dari daerah kota Bima dan Lombok. Latar belakang penggunaan metode Metode simulasi digunakan untuk memfasilitasi semua gaya belajar siswa, selain itu akses untuk menuju kantor pos cukup jauh sehin

Road to Bima (1)

Dulu saat masa transisi dan   PM 2 bertanya apa yang akan aku lakukan saat ada masalah, maka aku menjawabnya menulis. Namun sepertinya itu tak terealisasi. Justru aku sangat merasakan akhir-akhir ini aku jadi sangat jarang sekali menulis. Padahal banyak hal yang bisa aku tulis disini. Jadi Pengajar Muda, sebuah mimpi yang dulu aku rasa tak bisa menyata. Gak lolos PM 3 setelah ikut DA, membuatku merasa kecewa. Dan semangat untuk coba-coba ikut daftar PM4 timbul disaat detik-detik terakhir penutupan, dan setelah menjalani serangkaian tes maka akupun dinyatakan sebagai calon pengajar muda. Pelatihan panjang selama 7 minggu memberiku banyak pemahaman baru, walauun aku selalu merasa tak nyaman dengan kenyataan bahwa aku PM4 yang paling tua dan paling kecil. Merasa tak sehebat teman-teman PM yang lain. Hingga akhirnya, takdir membawaku ke sebuah dusun dipinggir gunung Tambora dan laut Flores yang bernama UPT SP3, sebuah pemukiman transmigrasi di Kabupaten Bima. Aku sempat berpikiran

Bang Bing Bung, nyok Kita Nabung!

Panen Jambu mete tiba, saatnya warga SP 3 mendapatkan rezeki melipah ruah. Jambu mete merupakan satu-satunya penghasilan sebagian besar warga SP 3. Tak hanya orang tua mereka yang mendapat banyak uang, anak-anaknya pun kecipratan. Anak-anak yang juga ikut membantu orang tuanya memetik biji jambu mete, mendapatkan uang saku yang lebih besar dari bulan-bulan sebelumya yang terkadang tidak diberi uang sama sekali. Hal ini berdampak pada tingkat komsumtivitas anak-anak yang meningkat. Mereka menghabiskan uang sakunya untuk jajan di sekolah. Di sekolah kami tidak ada kantin, Suharni yang menjajakan jajan (istilah untuk makanan) menjadi serbuan utama anak-anak. Saya merasa sedih melihat anak-anak bolak balik membeli jajan. Bukan tak ikut bahagia dengan rezeki tambahan yang didapatkan Suharni, tetapi seharusnya anak-anak bisa mengatur uang yang didapatkannya tidak tiap bulan itu. “Nabung yuk” lontar saya pada Atun. Atun adalah murid saya, siswa kelas 5. “Nabung di Ibu?” tanyanya.