Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Kelas 3 Abdussalam

Dua minggu yang lalu berkunjung ke SDIS Mutiara Hati tempat dl sy 2 tahun mengajar disana (2009-2011). Bertemu dg guru2 lama yg masih hangat seperti dl. Namun hal yg paling membahagiakan saat bertemu murid2 yg pernah saya ajar. Mereka dg antusias menyalami dan bertanya kabar segala macam. Ada yg berbeda, mereka tak lagi menggelayuti dg manja. Tentu saja karena postur tubuh mereka sudah sepantaran dan banyak yg melampui saya. Mereka murid2 kelas 3 yg sy walikelasi 3 taun yg lalu. Anak2 imut dan manja telah berubah menjadi remaja2 imut yg terlihat sedikit dewasa. Satu persatu kukenali wajah dan nama mereka. Ada banyak keharuan. Terutama saat bertatapan dg murid2 yg istimewa. Yah kelas kami memang luar biasa, 24 siswa juara dg 4 anak istimewa yg sgt juara  Tiba2, Faiz dtg menghampiri. Murid yg dl sering menguji kesabaranku dr mulai dia kelas 2 karena tak pernah menunjukan minatnya utk belajar. Namun disaat kelas 3 dia mengalami perkembangan yg luar biasa. Memintaku mengajarinya, bertanya

Gagal Pulkam

Sejak lulus SMA tahun 2004, saya sudah tak berdomisili di Tasik lagi. Merantau ke Jatinangor untuk kuliah, kerja di Bandung, jalan-jalan setahun di Bima, menikmati keapikan kota Surabaya. Hingga akhirnya, di bulan November 2013 saya memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja di Surabaya, cukup sampai akhir tahun saja.   Sebelum bilangan tahun berubah menjadi 2014, saya sudah kembali ke kampung halaman. Bertekad mencari kehidupan di Tasik (pekerjaan dan jodoh). Bahkan dengan besar kepala mengundurkan diri dari tawaran menjadi kepala sekolah di daerah Parung. Namun apa daya, jodoh tidak juga ketemu pekerjaan belum juga ada yang cocok. Sebenarnya, di bulan2 Januari saya diajak untuk membangun sekolah di Tasik oleh kawan yang merupakan kepala sekolah SMP Favorit di Tasik. Tapi apa daya sepertinya saya belum sanggup dan siap.   Mencoba memperluas area sasaran dengan menyertakan Bandung. Beberapa kali memasukan lamaran ke NGO Nasional dan Internasional yang ada di Bandun

Jodohku

Ini bukan edisi menggalau, tapi edisi merenung..hehe Tanggal 14 Februari dini hari yang bertepatan dengan meletusnya gunung Kelud, tante saya melahirkan bayi laki-laki. Ibu saya tentu saja ikut riweh. Mengantar, menunggui dan menjaga. Tante ini adik bungsunya sekaligus adik kesayangannya. Alhamdulillah siangnya sudah bisa pulang ke rumah (melahirkannya di bidan). Saya pun sangat gembira, ikut menjenguk ke bidan dan menjemputnya. Beberapa saat setelah sampai di rumah Nenek (tempat tinggal tante juga) banyak tetangga yang berdatangan. Mengucapkan selamat, dll. Beberapa tetangga tante saya adalah teman-teman SD saya. Mereka datang dengan membawa anak masing-masing. Seketika saya merasa sangat minder dan iri. Tante dan teman-teman saya bercerita tentang proses kelahiran anak-anak mereka, saya hanya diam sambil tersenyum, tak ada yang bisa ditimpali jg. Jujur, waktu itu sangat tidak nyaman. Akhirnya saya pun pamitan pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan berpikir,, "kapan saya s

Dominan

Dulu sewaktu training intensip IM pernah ada yg ngingetin kalau saya terlalu dominan. Dan ternyata untuk satu dua orang, kedominanan saya cukup membuatnya gak nyaman (segitunya yah?? T_T ). Mencoba mengevaluasi diri dan ternyata memang sepertinya saya selalu bersemangat dalam segala hal sehingga terlihat sangat dominan. Sang Korelis pengatur semua. Tentu saja, setiap pribadi ingin berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Saya pun mulai mengurangi kedominan saya, caranya? Tidak terlalu sering berpendapat dan menggiring opini orang lain agar sesuai keinginan saya. Saya berprinsip gak harus saya yang menyampaikan atau yang mengambil peran yang penting tujuannya sudah tercapai. Belajar menjadi fasilitor bukan lagi leader. Tanpa disadari, ternyata saya yang korelis dalam satu tahun bisa berubah menjadi plegmatis. Jadi sering bingung dan banyak pertimbangan, sehingga terkadang plin plan. Sangat memprihatikan, karena urusan kecil saja harus meminta pendapat orang lain. Dan... Saya mer

I'm 3!!!

Obrolan sore ini santai tapi serius, berawal dari komentar pemberitaan media tentang kampanye PKS yg sangat tidak berimbang. Lanjut dg pilihan dari bursa presiden yang ada. Bapakku selalu 'mengikuti' apa yang aku sampaikan termasuk pilihan politik, berbeda dg Ibuku yg memang PNS selalu punya loyalitas tinggi dg golkar. Tapi selalu menyisakan satu jatah suaranya entah itu DPRD atau DPR untuk PKS. Adzan magrib pun berkumandang, diskusipun langsung selesai. Bapakku sebagai satu2nya laki2 langsung menuju mesjid. Aku yang sedang tidak solat, tetap duduk di ruang keluarga. Kurang dari 5 menit adik bungsuku langsung keluar dari kamarnya pertanda sudah selesai solatnya. Dengan iseng aku tanya, udah solatnya? Sudah jawabnya. Berdoa dulu gak? Berdoa dong! Apa? Ya rahasia! Dia kembali duduk dan menonton tv. 'Ngaji atuh De, biar khatam minimal setaun sekali' kataku. 'teerus??' dg nada yang nyinyir. Astaghfirullah.. Aku langsung terdiam. Sedih dan terpukul.