Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Refleksi 6 bulan

6 bulan sudah terlewati... menginjakan kaki di Bima dan menjadi pengajarr muda. Apa yang sudah aku lakukan? Ingin menangis sejadi-jadinya pas liat video 'mereka bisa' yang berisi prestasi2 murid2 didikan PM. Aku belum melakukan apa2. Masih adakah kesempatan itu? Ya Allah, jadikan hamba amanah dengan semua yang telah engkau berikan. SEMANGAT!  Oi Marai pasti BISA!!!!

Ruang Belajar KPK

Abstraksi Dalam Kompetensi Dasar pelajaran matematika kelas V semester I terdapat materi menggunakan faktor prima dalam menentukan Faktor Persekutuan Besar dan Kelipatan Persekutuan Kecil. Sebelum menentukan KPK dengan menggunakan bilangan prima, siswa dipahamkan   terlebih dahulu dengan konsep dasar yang cukup sederhana bahwa KPK adalah pertemuan pertama dua bilangan atau lebih yang dilipat-lipatkan.   Latar Belakang Kondisi Kelas Siswa kelas 5 baru sebagian yang paham dan hafal perkalian, selain itu gaya belajar siswa kelas V bervariasi (visual, auditori, kinestetik). Jumlah siswa kelas 5 sejumlah 11 orang. Latar belakang penggunaan metode Metode belajar KPK ini menggunakan semua gaya belajar siswa (visual, auditori, kinestetik) melalui pngalaman belajar yang bermakna. Latar belakang penyampaian materi Materi   ini disampaikan sesuai dengan SKKD pelajaran matematika kelas V semester I. Penjelasan Materi Kelompok Persekutuan Kecil adalah kelipatan terkecil dari

Pak Guyu Eyang

Selasa, 16 Oktober 2012 Jam masih menunjukan pukul 3 sore. Anak-anak sudah berkumpul untuk belajar bersama di rumah hostfam saya. Elang, murid kelas 1 adalah anak yang datang paling awal. “Bu Guyu apa itu?” tanyanya. Elang memang cadel. Tak fasih menyebut huruf r dan l. Kedua huruf itu diucapkan oleh lidahnya mendekati huruf y. “Ini stempel, Ibu sedang menyetempel buku-buku ini. Memberi tanda kalau ini buku perpustakaan kita” “Boyeh saya coba?” tanyanya “Elang mau bantu Ibu mengecap buku-buku ini?” pinta saya “Mau-mau” katanya semangat. Setelah saya jelaskan dan tunjukan cara menyetempel, Elang pun memulai pekerjaannya. Dengan cekatan ia menyetempel buku-buku cerita dan saya pun melabeli buku yang sudah distempelnya. “Bukunya sudah habis Bu Guyu?” tanya Elang. “masih ada, tapi kita kerjakan besok saja. Sekarang Elang boleh membaca buku.” Elang memilah-milah buku-buku yang ada di hadapan saya. Saya belum selesai melabeli setumpukan buku cerita. Rencananya semua buku

Bonus Cinta dari Arif dan Nisa

Sosok tubuhnya yang kecil tak menampakan Arif seperti anak kelas 6. Anak-anak kelas 6 di sekolah tempat saya mengajar memang terlihat lebih mungil jika dibandingkan dengan anak kelas 6 di kota. Arif Irawan menjadi satu-satunya yang terbiasa puasa satu bulan penuh tatkala anak-anak yang lain masih ogah-ogahan puasa ramadhan. Begitupun Nisa, adik Arif yang baru   duduk di kelas dua ini sudah mulai terbiasa untuk puasa setiap hari walaupun hanya sampai adzan dzuhur. Saya banyak belajar dari   mereka berdua, bukan hanya karena rajin puasa, mereka banyak mengajarkan saya tentang perjuangan, kesederhanaan dan kedermawanan. Hampir setiap sore, Arif dan Nisa pergi keliling pemukiman SP 3 untuk menjajakan dagangannya.     Letak rumah disini tidak saling berdekatan seperti rumah-rumah di kota atau pemukiman perkampungan. Disini, dari rumah satu ke rumah lain cukup jauh berjarak kurang lebih 15 meter. Begitupun dari RT ke RT, hampir satu kilo meter.   Dari mulai RT 6 sampai RT 1 Arif   dan Nis

Gu akhirnya bisa menulis namanya sendiri..

Mentari senja menyinari pemukiman transmigran di SP 3, aku dan beberapa muridku tak mempedulikan teriknya. Angka-angka begitu memikat. Kami asyik mengotak atik soal matematika yang aku berikan kepada beberapa muridku. Mereka sangat menyukai perkalian, walaupun beberapa belum mahir di luar kepala menghitungnya tetapi anak-anak itu tak ada habisnya memintaku menuliskan soal-soal perkalian di kertas HVS yang aku sediakan. Aku pun kepayahan melayani 7 orang muridku lintas kelas. Arjunaidin bertanya soal yang dikerjakannya sudah benar apa belu, Eman menarik- narik lenganku meminta hasil pekerjaannya segera aku nilai agar dia bisa menjadi orang yang pertama selesai mengerjakannya, Azwar senyum senyum lirik kiri kanan mengamati satu persatu temannya yang asyik menakuklukan angka-angka yang aku berikan. Roy menjejerkan pensil, spidol dan benda apapun untuk menemukan jawaban. Haryadin seolah tak terganggu dengan apapun, asyik membolak balik majalah Bobo yang dibacanya sejak tadi. Haryadin me

Surat untuk Tuan Guru Bajang

Jum’at, 7 Desember 2012. Sore itu dengan tergesa aku pegi ke tempat sinyal. Beberapa anak masih di rumahku, kita baru selesai belajar untuk persiapan OSK. Biasanya aku dan anak-anak menghabiskan waktu sebelum adzan magrib dengan bercerita, membuat gambar atau kreasi apapun. Hari ini aku putuskan untuk pergi ke tebing sinyal setelah 5 hari tidak menghubungi keluarga dan teman-temanku. “Kita lagi di So Nae, Nan. Mau nitip surat ke Pak Maman biar Pak Maman nitipin surat itu ke supir bis. Nanti supir bisnya yang posin ke kantor Pos di Kore” “kapan paling lambatnya?” “tanggal 12, msih bisa kalau Oi marai mau ngirimin” Aku bergegas berlari menuju rumah, berharap anak-anak masih ada. Ternyata mereka masih asyik main mnopoli di teras rumahku. “Ibu ada kabar baik, ada lomba menulis surat untuk Gubernur NTB, siapa mau ikut?” “saya!!!” Rosita, Selia dan Din mengacungkan tangan mereka tinggi-tinggi. Hanya tinggal mereka yang masih ada di rumahku, berempat dengan Elang murid kelas 1.

Mengisi dan Mengirim Wesel Pos (B.Ind/VI/I)

Abstraksi Mengisi formulir wesel pos   merupakan salah satu kompetensi dasar dari pelajaran Bahasa Indonesia kelas 6.   Menjelaskan cara mengisi dan mengirim wesel pos menjadi hal penting   karena tidak semua orang memiliki   rekening bank yang bisa digunakan untuk mengirim uang secara praktis. Bagaimana cara mengajarkannya kepada siswa kelas 6 SDN Oi Marai? Simulasi di dalam kelas dirasa menjadi metode yang cukup efektif, karena akses untuk menuju kantor pos di kecamatan Tambora yang cukup jauh sehingga kurang memungkinkan apabila siswa langsung melakukan simulasi ke kantor pos.   Latar Belakang Kondisi Kelas Jumlah siswa kelas 6 SDN Oi Marai sebanyak 8 orang dengan gaya belajar yang berbeda-beda (visual, auditori, kinestetik). Siswa SDN Oi Marai merupakan warga transmigran dari daerah kota Bima dan Lombok. Latar belakang penggunaan metode Metode simulasi digunakan untuk memfasilitasi semua gaya belajar siswa, selain itu akses untuk menuju kantor pos cukup jauh sehin

Road to Bima (1)

Dulu saat masa transisi dan   PM 2 bertanya apa yang akan aku lakukan saat ada masalah, maka aku menjawabnya menulis. Namun sepertinya itu tak terealisasi. Justru aku sangat merasakan akhir-akhir ini aku jadi sangat jarang sekali menulis. Padahal banyak hal yang bisa aku tulis disini. Jadi Pengajar Muda, sebuah mimpi yang dulu aku rasa tak bisa menyata. Gak lolos PM 3 setelah ikut DA, membuatku merasa kecewa. Dan semangat untuk coba-coba ikut daftar PM4 timbul disaat detik-detik terakhir penutupan, dan setelah menjalani serangkaian tes maka akupun dinyatakan sebagai calon pengajar muda. Pelatihan panjang selama 7 minggu memberiku banyak pemahaman baru, walauun aku selalu merasa tak nyaman dengan kenyataan bahwa aku PM4 yang paling tua dan paling kecil. Merasa tak sehebat teman-teman PM yang lain. Hingga akhirnya, takdir membawaku ke sebuah dusun dipinggir gunung Tambora dan laut Flores yang bernama UPT SP3, sebuah pemukiman transmigrasi di Kabupaten Bima. Aku sempat berpikiran