Pak Guyu Eyang
Selasa, 16 Oktober 2012
Jam masih menunjukan pukul 3 sore. Anak-anak sudah berkumpul
untuk belajar bersama di rumah hostfam saya. Elang, murid kelas 1 adalah anak
yang datang paling awal.
“Bu Guyu apa itu?” tanyanya. Elang memang cadel. Tak fasih
menyebut huruf r dan l. Kedua huruf itu diucapkan oleh lidahnya mendekati huruf
y.
“Ini stempel, Ibu sedang menyetempel buku-buku ini. Memberi
tanda kalau ini buku perpustakaan kita”
“Boyeh saya coba?”
tanyanya
“Elang mau bantu Ibu mengecap buku-buku ini?” pinta saya
“Mau-mau” katanya semangat. Setelah saya jelaskan dan
tunjukan cara menyetempel, Elang pun memulai pekerjaannya. Dengan cekatan ia
menyetempel buku-buku cerita dan saya pun melabeli buku yang sudah distempelnya.
“Bukunya sudah habis Bu Guyu?” tanya Elang.
“masih ada, tapi kita kerjakan besok saja. Sekarang Elang
boleh membaca buku.”
Elang memilah-milah buku-buku yang ada di hadapan saya. Saya
belum selesai melabeli setumpukan buku cerita. Rencananya semua buku yang ada
di rumah saya akan dipindahkan ke perpustakaan Jumat depan. Perpustakaan baru
kami. Saya dan anak-anak membersihkan perumahan dinas UPT Transmigrasi yang
terbengkalai dan dijadkan kandang kambing. Kami akan menggunakannya sebagai
perpustakaan dan rumah belajar. Sekolah kami belum memiliki perpustakaan sendiri.
“Ibu, punya buku belajar baca yang baru. Elang mau belajar
baca? Tapi sendiri dulu. Ibu masih harus melabeli buku-buku ini. Sebentar lagi
selesai”
“Iya Bu Guyu, sini Fayhan kita beyajay baca.” Elang mengajak
Farhan, murid kelas 1 juga.
Mereka berdua pun membuka-buka buku belajar baca. Diluar
dugaan saya, Elang mengajari Farhan membaca. Elang menunjukan satu persatu
alpabet. Apabila Farhan tidak mengenali huruf yang ditunjukannya Elang terlihat
agak kesal dan dengan nada tinggi menyebutkan hurufnya, namun dengan sabar
Farhan mengikutinya. Saya mengamatinya diam-diam sambil melanjutkan melabeli
buku. Anak yang lainnya asyik dengan kegiatannya masing-masing. Galang dan Wiwin
asyik membaca buku, Dijah tak terganggu menggabungkan puzzle huruf hijaiyah,
sedangkan Anggi dan Nia lari mengejar-ngejar Fadil (ketiganya adalah balita
yang ikut belajar bersama kakak-kakaknya).
Namun, tiba-tiba
Elang dan Farhan terdiam memandangi bukunya.
“Beyum bisa yang ini Bu Guyu” kata Elang. Saya melirik
halaman buku yang sedang mereka baca dan segera menghampiri mereka berdua.
“Sini, sekarang Ibu yang ajari. Terima kasih Pak Guyu Eyang”
Ucap saya sambil tersenyum. Elang dan Farhan pun tersenyum.
“Iya, Bu Guyu” sahut Elang.
Komentar