Keluarga

Keluarga
Ketika ada orang yang kita cintai dan sesuatu yang diperjuangkan maka saat itulah kehidupan di mulai.
Apa yang salah dengan diriku, aku selalu merasa hampa di manapun aku berada. Aku menikmati setiap peranku, tapi aku selalu merasa sendiri. Hening dan sepi. Kesunyian menyertaiku, entahlah apa perasaan ini mulai ada saat aku hidup setahun di SP3. Sebelumnya aku selalu merasa mempunyai sesuatu yg membuatku terus berjalan maju mewujudkan satu persatu mimpi yang ingin aku raih.
Namun, saat di SP3 aku tersadar bahwa hal yang paling berharga bagiku bukanlah sederat pengalaman dalam CVku atau setumpuk harapan dalam peta hidupku. Yang paling berharga bagiku adalah keluargaku.
Merasakan sendiri di tempat orang tidaklah mudah bagiku, aku mendapatkan banyak cinta kasih disana. Namun tak ada yg bisa melebihi cinta kasih keluargaku. Mereka tetap menerimaku dalam kondisi terburukku sekalipun.
Ketika aku mengunci diri seharian di kamar, ketika aku tak pulang 3 bulan,  ketika aku 'salah' mengambil jurusan, ketika aku menjadi begitu pemalas dan jutek, ketika aku menginginkan hal2 yang begitu menguras dompet mereka, ketika aku merasa tak diinginkan.
Aku semakin sadar begitu besar arti mereka untukku.
Enam bulan di Surabaya membuatku semakin merindukan mereka.
Kini, aku memutuskan untuk pulang tanpa membawa harapan dan mimpi apa2, aku seolah pecundang yang tak tahu apa yang harus kulakukan esok. Aku menyerah, tak ada lagi ambisi atau mimpi dalam hidupku.
Dan tawaran untuk meninggalkan mereka menghampiriku. Sebuah mimpi yang aku idam2kan. Yang hanya kutulis tanpa tahu kapan aku bisa mewujudkannya. Seharusnya aku bahagia, tapi aku benar2 sedih. Aku takut harus meninggalkan mereka, takut aku kehilangan momen2 bahagia. Aku lelah hidup sendiri, hanya berbagi kebahagiaan dan kegalauan dg teman2ku. Aku ingin merasa berarti dan dicintai. Hanya di rumah aku bisa merasakan itu. Bukan, bukan aku mengatakan teman2ku tak tulus, tak mencintaiku, tapi aku tahu bahwa ada ruang2 di dalam hati yang hanya ingin kuisi oleh keluargaku.
Dan di saat aku bimbang seperti ini, justru lidahku menjadi kelu. Aku tak sanggup menyampaikan kegalauanku, kesedihanku. Aku tak mau membuka diriku seluas2nya dan berbagi kesedihanku dg mereka.
Dulu sekali aku pernah berbagi semuanya dengan mereka, dan saat aku terluka ternyata luka mereka justru lebih besar dariku.
Aku tak mau membuat mereka terluka lagi karenaku.
Aah, aku harus segera memutuskannya. Mengambil kesempatan mewujudkan cita2ku yg sudah di depan mata atau mencari jalan lain dan memilih tetap tinggal disamping mereka. Ya Rabb, tunjukan jalan terbaikMu.
Besok, buatlah lidahku tak kelu. Aku harus menyampaikan ini semua sebelum aku menyesalinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

Andragogi dan Fasilitasi

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu