Refleksi Sewindu Merindu

Masih terasa atmosfer kebahagiaan #sewindumerindu Pengajar Muda angkatan IV Indonesia Mengajar semalam..


Tepatnya 23 April 2012 pertama kali bertemu dengan 71 Calon Pengajar Muda lainnya. Kemudian mengikuti training intensif selama 2 bulan.
Wisma Handayani - Kopassus Batujajar - ITC Jatiluhur - Kopassus Situ Lembang - Wisma Handayani lalu tanggal 16 Juni deployment ke 7 kabupaten penempatan.


Kembali ke Jakarta setahun kemudian, menjadi orang yang tak lagi sama. Tempaan di daerah membuat saya berbeda. Menjadi lebih hitam, gemuk, dan gagap kota. Seperti bingung menyebrang di jalan besar, pusing naik lift, masuk angin saat kena AC.. It's true!
Cara pandang saya terhadap sesuatu pun berubah. Setahun di penempatan menjadi proses perenungan dan pembelajaran berharga.

Lalu apa yang paling membekas dari reuni PM IV semalam?
Perasaan berdaya!

Menjadi PM adalah titik balik bagi saya.
Saya menjajal diri menjadi PM sebagai pembuktian.
Saat itu saya sedang dalam kondisi terpuruk dan merasa terbuang.
Dinyatakan sebagai salah satu yg terpilih dari hampir 9000 kandidat adalah capaian besar sekaligus menjadi penyemangat saya agar lebih optimistis.

Ditambah gemerlap pemberitaan dan atensi terhadap Pengajar Muda saat itu yang seolah-olah menjadi pejuang pendidikan di daerah. Disambut sana sini, bertemu orang-orang penting bahkan RI 2, dijadikan tamu kehormatan petinggi Kabupaten dan stake holder pendidikan di daerah. Banyak hal yang membuat merasa tinggi dan jumawa.

No!
Tetapi bukan perasaan bangga dan menjadi orang penting yang menjadi titik balik bagi saya.

Sebelum berangkat Pak Anies dan Pak HH bahkan seluruh tim IM selalu mewanti-wanti kami agar humble.
It's not about me, it's about them. 




Titik balik saya adalah saat saya merasa dibuka satu persatu kekurangan diri dan berusaha menjadi lebih baik. 

Dua bulan di training intensif bersama 71 teman lainnya, yang tentu saja mereka orang-orang hebat terpilih membuat saya awalnya merasa minder. Apalagi usia saya yg waktu itu berada di batas atas PM. Konflik-konflik kecil antar teman sepenempatan pun terjadi. Membuat saya semakin merenungi apa yang sebaiknya harus saya perbaiki.

Lanjut pengumuman penempatan. Di antara 8 teman lainnya, saya merasa di tempatkan di SD yg paling jauh, yang gak ada sinyal dan listrik.

Oh No!
Ditambah cerita-cerita tantangan sosiologis lainnya membuat saya semakin ciut. Untunglah satu persatu teman mulai menyemangati saya. Bahkan dari teman-teman yang selama training pun jarang sekali berinteraksi. Sertinya saya terlihat cemas saat akan deployment. Ya memang itulah saya (yang dulu) selalu merasa cemas berlebihan.



Setahun mengajar seumur hidup menginspirasi,

 Itulah tagline Indonesia Mengajar.

Selama ini banyak yang beranggapan bahwa Pengajar Muda lah yang menginspirasi masyarakat di sana.
Namun keliru, justru pengalaman setahun di penempatan dan berinteraksi dengan masyarakatlah yang menginspirasi saya seumur hidup.

School of leadership, salah satu tujuan mengirim Pengajar Muda ke daerah terpencil. Pengajar Muda sebagai pelaksana program sekaligus penerima program.

Saya merasa benar-benar di tempa selama setahun itu. Menghadapi berbagai tantangan sendirian. Secara geografis, sosiologis dan psikis. Namun saat itulah saya merasa bertumbuh.
Tak lagi menjadi pencemas, mulai bisa mengendalikan nomo phobia, fokus pada hal yang menjadi kendali saya dan selalu berefleksi atas segala hal yang terjadi. Saya merasa lebih tangguh.

Di sana pun saya mendapatkan kebahagiaan yang berarti. Kehangatan, kepedulian, kekeluargaan dan persahabatan.

Jika diceritakan terasa indah mengenang setahun itu, namun jika diminta kembali mengajar saya memilih untuk tidak.

Makanya salut saya pacar halal kesayangan yang memutuskan 2x menjadi PM. Walupun beliau pun bercerita kalau menjadi PM itu seperti makan indomie, 1 kurang 2 kebanyakan.

Beruntungnya, pengalaman selama setahun itu membuat saya merasa lebih mudah jika menemukan tantangan-tantangan dalam kehidupan.
Ah dulu aja bisa koq, makan cuma sama daun kelor. Ah, dulu jg bisa koq hidup dalam keterbatasan...

Seorang teman PM IV, pernah berseloroh ingin mencari istri dari alumni PM aja karena terbukti mau dan bisa hidup susah, katanya. Nyatanya beliau berjodoh bukan dengan alumni PM.. Hehe
Eh orangnya masih inget gak ya.. Wkwkk


Dan apa kaitannya dengan kondisi saya sekarang?

Sejak menjadi ibu dan tinggal di rumah. Kondisi saya naik turun. Kadang semangat menjalani peran, kadang kangen dengan saat-saat dulu berkarya di ranah publik. Parahnya lagi perasaan tidak berdaya kadang muncul saat saya sedang dalam kondisi tidak baik. Seperti beberapa hari ini.

Semalam, bertemu teman-teman memberikan energi yang besar bagi saya. Agar saya terus melangkah, optimistis dan yakin bahwa saya bisa menghadapi tantangan-tantangan saat ini..
Seperti saat dulu menjadi PM..

Ah, bahagianya. Hati ini terasa penuh..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu

Andragogi dan Fasilitasi