Mengenali Gangguan Modulasi Sensori


Senangnya mendapatkan hadiah buku Keajaiban 7 Indra dari Mbak Efi Firmani saat di kelas Bunsay batch #1.
Bukunya keren banget, sangat membantu saya dalam menyusun permainan sensori untuk Adskhan.

Salah satu hal yang menarik adalah pembahasan mengenai gangguan modulasi sensori.  Sejujurnya agak khawatir anak saya mengalami gangguan modulasi  sensori. Alhamdulillah, setelah membaca buku ini menjadi lebih tenang.

Berikut sedikit catatan saya yang disarikan dari buku 7 Keajaiban Indra yang ditulis oleh Tim Rumah Dandelion.

Masalah modulasi sensori adalah kesulitan dalam mengolah informasi menjadi respon yang tepat sesuai informasi sensori yang masuk
Gangguan modulasi sensori ada tiga yaitu hipersensitif, hiposensitif, dan sensation seeking.

1. Hipersensitif
Bereaksi berlebihan terhadap pengalaman sensoris yang untuk kebanyakan anak lain tergolong biasa aja.
Contoh : takut mendengar suara kipas angin, jijik memegang lem, atau melepeh makanan yang kenyal.

2. Hiposensitif
Memiliki ambang batas tinggi terhadap sensasi, sehingga membutuhkan stimulus yang lebih inten untuk memunculkan respon. 
Contoh harus dipanggil berulang kali dengan suara keras, atau perlu warna-warna cerah untuk menarik perhatiannya ketika membaca buku.

3. Sensation Seeking
Kebutuhan untuk mendapat input sensori lebih dan secara aktif mencarinya, namun tidak dengan cara yang tepat. 
Misalnya anak yang suka menyentuh apa saja, termasuk memeluk orang yang tidak dikenal. Memasukkan berbagai benda ke mulut, termasuk mengunyah pensil. 


Seseorang dengan masalah modulasi sensori dapa mengalami hipersensitif, hiposensitif dan sensation seeking sekaligus. 
Misalnya mudah kaget bila mendengar dering telepon (hipersensitif pendengaran) namin selalu menyetel musik dengan suara yang keras (sensation seeking).
Bisa pula lintas indra, seperti tidak peka pada bau dan rasa makanan basi (hiposensitif penciuman dan pengecapan), di sisi lain menjerit saat dipeluk (hipersensitif perabaan).

Masalah sensori dapat dialami oleh siapa saja, bahkan orang dewasa pun masih bisa mengalaminya.
Masalah ini baru dapat dikatakan gangguan, jika dampaknya berlarut-larut sampai mengganggu fungsi keseharian.

Anak dengan gangguan sensoris umumnya menunjukkan gejala-gejala perilaku berikut :
  • - terlalu peka atau kurang peka terhadap sentuhan, cahaya, suara, rasa, bau dan pergerakan
  • - mudah teralihkan perhatiannya atau sulit fokus pada suatu tugas
  • - sangat aktif bergerak atau sebaliknya sangat minim aktivitas fisik
  • - level energi untuk beraktivitas sangat tinggi atau sangat rendah
  • - sulit beradaptasi pada situasi baru atau sulit transisi antar kegiatan
  • - tidak nyaman di situasi kelompok
  • - merasa tidak aman, aneh, atau bodoh
  • - kesulitan menguasai keterampilan hidup sehari-hari : berpakaian, makan sendiri, mengikat tali sepatu.
  • - kesulitan regulasi perilaku dan emosi : tantrum, impulsif, banyak mengeluh, mudah frustasi
  • - keterampilan motorik yang kurang baik : ceroboh, gerak tampak tidak tekoordinasi, tulisan tangan kurang bagus
  • - penolakan saat rutinitas perawatan diri : menyisir rambut, menggunting kuku, keramas.

Beberapa gejala tersebut merupakan hal wajar di usia anak 1,5 - 2 tahun. Jika anak pada usia tersebut masih sering mengalami tantrum dan impulsif,  tidak bisa langsung dikatakan sebagai gangguan modulasi sensori.

Jika orang tua khawatir anak mengalami gangguan modulasi sensori, segeralah konsultasi ke klinik tumbuh kembang.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu

Andragogi dan Fasilitasi