Aktifis, Guru dan Ibu

Lelah menggelayutiku… Setelah semalaman tidak tidur karena menjadi peserta Simposium BEM se-Indonesia di Wisma Unpad, kemudian bimbingan dan bertemu dosen lanjut dengan 2 syuro berturut-turut dengan pembahasan yang cukup alot dan sekarang aku pun harus segera menghadiri rapat.. 
Akhirnya tak sadar, dalam kondisi pakaian yang masih basah (karena di luar cukup deras hujannya dan aku baru sampai di kostan untuk ganti baju dan pergi lagi) aku tertidur ambruk di dekat kasur kamar kostanku.

Hingga akhirnya bunyi telpon dari seorang ikhwan staffku di Kebijakan Publik Deplu membangunkanku. “Teh, jadi rapat? Anak-anak sudah banyak yang datang.” tanyanya. Dengan setengah sadar dan berusaha mengumpulkan sepenuh nyawa aku pun menjawab “Iya jadi, pimpin dulu rapatnya. Teteh bentar lagi ke sekre.”

Alhamdulillah, sepertinya aku ketiduran 10 menit, cukup menyegarkan juga walaupun tidur dalam keadaan basah. Tiba-tiba hpku bunyi lagi [Assalamu’alaikum. Ukhti sayang afwan, tadi pas syuro ane terlalu keras. Tolong untuk advokasi beasiswa mahasiswa baru harus diselesaikan dalam seminggu ini. Kita berpacu dengan waktu] Glek, sms dari mas’ulah ku…
 arggh, kelelahanku sudah menumpuk.. Ingin teriak ‘Aku capekkkk!!!!’
‘Astaghfirullah, ini bagian dari jual belimu dengan Allah.’ Aku pun menarik nafas dalam-dalam.. Yup, siapa takut! Bukannya aku sudh terbiasa dengan deadline, dealine dan deadline.. Bukannya sudah terbiasa dengan lobi-lobi yang alot. Insya Allah pasti bisa!!
[Wa’alaikumussalam, ok Bu. Besok pagi ketemu di AMC. Aku mau minta pendapatmu tentang alur advokasinya. Infiruu!] sent to my mas’ulah
Yah, ini bagian yang harus aku jalani sebagai aktifis dakwah kampus… Aku menikmatinya…
Menikmati aktifitas dan rutinitas ini selama 4 taun..

Hingga akhirnya masa-masa itu telah berakhir. Momentum itu telah berlalu. Gak ada lagi syuro jam 6 pagi. Selalu lucu kalau ingat saat-saat itu. Nge-take tempat untuk syuro, susah banget dapat tempat yang nyaman dan amniy. Berbagai mushola yang jadi referensi ternyata menjadi pilihan ‘jama’ah’ syuro lain. Hingga pernah karena kurang konfirmasi, akhirnya berpindah-pindah tempat syuronya karena ternyata udah dibooking yang lain. Atau pembahasan syuro yang panjang sekali, hingga rencana awalnya bisa pulang dulu ke kostan untuk mandi dan kemudian ke kampus. Taunya, syuro berlanjut sampai injury time kuliah akhirnya ke kampus dengan ‘dandanan’ seadanya. Ciri khas akhwat yang abis syuro : kerudung brego, pake jaket, sandal gunung, mata agak sepet-sepet..hehe
Setelah syuro lanjut kuliah… hingga dzuhur, setelah itu merealisasikan hasil syuro “Bekerja! Bekerja!”, rapat di sekre amanah eksternal, pulang magrib, malemnya ngerjain tugas kuliah atau ngerjain proposal kegiatan. Tetapi lebih seringnya ngerjain proposal kegiatan, kalau tugas kuliah nanti saja saat detik-detik terakhir..heu

Dari tahun 2005 aku sudah berjibaku di Bem Unpad. Berawal dari staff kesekretariatan, lanjut jadi Menterinya karena menggantikan menteri sebelumnya yang lulus. Periode setelahnya juga tetap menjadi MenSesBEM. Lanjut 2007-2008 dari Dirjen Hubungan Internal Dagri, dan di taun terakhir di BEM jadi Dirjen Kebijakan Publik Deplu. Ternyata kalau dipikir-pikir sekarang alurnya berpola.. 2 taun ngurusin sekre BEM dan internal pengurus BEM, taun selanjutnya mengurusi yang ruang lingkupnya Unpad, dan taun terakhir ruang lingkupnya Jawa Barat dan Indonesia.. 
Subhanallah, pola rencana dari Allah. Padahal aku gak pernah merencanakan, apalagi meminta sebuah amanah. Hanya menjalankan tugas dari qiyadah. Sami’na wa ato’na!

Apakah aku mempunyai kafaah di bidang itu semua? Hmm, aku pun kadang suka tertawa sendiri. Masa siy orang sembrono kaya aku bisa jadi MensesBEM yang tugasnya mengatur ‘kerapihan’ administrasi dan sekre. Yah, tapi setelah jadi MensesBEM aku belajar untuk rapih! Masa siy, orang yang gak PDan kaya aku jadi Dirjen Hubin yang tugasnya menjalin silaturrahim dengan ketua lembaga se_Unpad? Yah, setelah jadi dirjen Hubin aku menjadi orang yang supel dan sanguinis bahkan terlalu sanguinis kadang2..hehe.. Masa siy, orang yang tidak punya keilmuan dan kemampuan tentang politik dan gerakan menjadi Dirjen KP? Aku belajar tentang gerakan untuk memantaskan diri dan merekrut orang-orang  yang paham gerakan. Setaun jadi Dirjen KP yang dihadapkan dengan kondisi gerakan eksternal yang ‘keras’ membuat aku menjadi orang koleris, sangat dominan.

Amanah internalku?hmmm… hanya menjadi bagian yang sangat kecil dari sebuah jamaah yang yang  sangat besar… i'm nothing

Sekarang???

Aku terdampar menjadi guru SD, tantanganku sekarang bukan lagi bagaimana membuat strategi untuk menciptakan rekayasa social dan sebuah gerakan yang masiv, bukan lagi membuat alur kaderisasi, bukan lagi membuat kajian dan mempersiapkan aksi, bukan lagi menyelenggarakan kegiatan skala nasional, bukan lagi membuat surat dan proposal, bukan lagi aksi ke jalanan, bukan lagi audiensi tokoh..
Tugasku sekarang adalah : mengajari anak2 mengaji, hafalan surat, memastikan mereka solat dhuha dan dzuhur dengan baik dan tertib, senam bersama mereka, mengajari mereka Math, IPS, Craft, mengisi buku komunikasi mereka, menjawab telpon atau sms dari orang tua, membuat lesson plan, mengadakan kegiatan fieldtrip, outbond, berenang, camping, membuat rapot, dll
That’s my job!! Kadang-kadang kalau sedang berkumpul dengan teman2 seperjuangan pas kuliah merasa seolah2 menempati strata paling rendah..hehe..  Ada yang sudah jadi staff DPR, dosen, HRD perusahaan luar, PNS, dll

Tapi Tidak!!! It’s my choice!

Masih ingat di saat kebingungan untuk melangkahkan kaki setelah lulus, aku mabit di DT. Setelah ceramah ba’da Isya Aa Gym memimpin doa “Ya Allah ampunilah dosaku, dosa orang tuaku, dosa guru-guruku….” Yah, guru selalu disebut disetiap lantunan doa (semoga gak pernah ada yang lupa..hehe)

Semoga menjadi guru adalah amal unggulan yang bisa aku banggakan kepadaNya. Tentunya bukan guru biasa. Misiku yaitu menjadi inspiring teacher! Guru yang selalu menginspirasi muridnya. Amin..


Menjadi guru adalah pilihan hidupku, Allah sudah memberikan beberapa pilihan profesi lain dengan peluang2 kerja yang diinformasikan atau ditawarkan kepadaku. Insya Allah sampai sekarang aku konsisten dengan pilihanku..
Aku pun menyadari bahwa menjadi guru adalah bagian dari pola tarbiyah Allah untukku. Mempersiapkanku jadi Ibu ^^
Menetralisir ke kolerisanku! Awalnya aku merasakan sulit sekali untuk ‘berkomunikasi’ dengan anak-anak. Kerasnya dunia gerakan (lebay..hehe) membuat karakterku jadi keras juga, tegas, dominan dan rada egois (sangat koleris). Tetapi tidak bisa seperti itu ketika menghadapi dunia anak-anak. Aku harus banyak mengalah dan mengambil hati mereka.

Dulu biasanya aku cuek2 aja kalau ketemu anak kecil, sekarang rasanya tidak bisa seperti itu, Gak rela kalau ada anak kecil dibiarin berlalu begitu saja, minimal aku senyumin, ngesun, ngajak main, ngegendongnya… Tapi tergantung anak siapa dulu, kalau anak orang yang baru aku temui di angkot mah nanti emaknya marah nyangka aku penculik anak.. hehe

Alhamdulillah belajar banyak dengan menjadi guru, belajar menjadi Ibu.. Katanya kalau anak pertama itu adalah percobaan pola asuh orang tuanya. Semoga anak pertamaku nanti tidak harus lagi menjadi percobaanku, karena aku sudah mencoba ke anak-anak yang pernah menjadi muridku…hehe
Ingin rasanya dipanggil Ibu terus-terusan… Tidak hanya sebatas pas di sekolah saja, atau pas lagi ngeprivat Hana atau Sa’id. Ingin ada yang memanggilku Ibu 24 jam, oleh anak yang benar-benar milikku.. J Tidak hanya satu anak, tapi banyak anak.. Amin

Aku punya mimpi besar terhadap karir, tetapi ambisi terbesarku adalah keluarga ^^

Setiap masa melahirkan seorang pahlawan
Menjadilah pahlawan pada masamu
Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk umat ini
Teruslah berkarya, jangan mudah menyerah!!
Karena DIA akan selalu membersamai tiap jengkal langkah kakimu…
Keep Fighting!! Allahu Akbar
Istiqomah ya De kusayang
Luv u J

Sederet  tulisan tangan itu tercantum di buku ‘Mencari Pahlawan Indonesia’ Anis Matta, hadiah miladku yang ke 21 dari Murabbiyahku.. luv u too tetehku sayang..

Yah, mungkin momentum kepahlawananku sebagai aktifis dakwah kampus sudah selesai, amanah-amanahku sudah berlalu.. Tapi aku akan tetap istiqomah di jalan dakwah dengan menjadi seorang pendidik. Mengenalkan murid2ku dengan Rabbnya, rasulnya, dan agamanya… Menjadi bagian dari batu bata peradaban ini dengan menyiapkan mujahid dan mujahidah terbaik. Bintang cemerlang di langit peradaban…


“Ya Allah, jadikanlah kerja kecil ini sebagai kendaraan yang akan mengantarkanku menuju ridha dan syurga-Mu’



Tulisan disela-sela krisis gairah kerja, semoga selalu menjadi penyemangat kalau jalan ini adalah pilihanku!

Jadi tak ada alasan untuk mengeluh dan bermalas-malasan

Totalitas adalah kualitas!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu

Andragogi dan Fasilitasi