Pulang

Pulang.. kata yang tepatkah bila disandingkan dengan perjalanan Tasik Bandung?
Sudah tiba waktuku untuk kembali, bukan untuk menghadap-Nya. Tetapi kembali ke semua aktivitas di Bandung. 

Dulu, saat SMA ingin sekali rasanya bisa ngekost. Tinggal bersama teman-teman, hidup mandiri jauh dari keluarga. Keinginan untuk ngekost pun baru terkabulkan saat kuliah tahun 2004. 
Hampir 8 tahun sudah hidup jauh dari orang tua, pulang hanya beberapa bulan sekali. Itu juga tidak lama, kecuali saat liburan panjang seperti ini. 
Selalu ada kerinduan ketika jauh dari keluarga, kadang-kadang apabila sedang merasa kesepian ingin rasanya segera pulang dan mengetuk pintu rumah. Melihat senyuman keluarga tersayang dan berkumpul bahagia bersama mereka.

Bandung- Tasik, perjalanan empat jam. Lelah di perjalanan, bahkan pernah sampai dua kali nyasar ke Garut ;p langsung hilang oleh lembutnya tangan dan pelukan hangat Mama, ketika saya datang.
Dan hari ini pun, satu dua jam kedepan, saya harus kembali berpamitan untuk pergi berkelana.
Bandung, kota pilihan saya. Itu sudah saya putuskan saat lulus kuliah kalau saya ingin mencari ilmu dan penghidupan di Bandung. Entahlah, masih bingung jika harus tinggal di Tasik. Belum melihat peluang saya berkembang disana walaupun banyak lahan dakwah yang belum teroptimalkan. Suatu hari, saya berharap bisa kembali pulang ke Tasik membawa bekal ilmu dan materi untuk dibagi dan memajukan daerah ini. Tapi sepertinya tidak sekarang.

Dan sepertinya Jogja, akan menjadi kota pilihan saya selanjutnya. Jaraknya akan lebih jauh daripada Bandung, akan lebih banyak kerinduan yang membuncah..

Ya Allah, kulangkahkan kakiku semauku atas mau-Mu.
PIlihkanlah jalan yang tepat untukku, agar aku bisa membahagiakan keluargaku.. kedua orang tuaku, saudara-saudaraku...

Pulang, hanya tepat jika digunakan untuk perjalanan menuju Tasik. 

Teringat lagu seismic..
Ibu doakanlah… .
Ku akan melangkah
Menyusuri waktu menjemput citaku
Ibu lepaskanlah ku ke laut biru
Akan kuarungi akan kuseberangi
Ibu doakanlah …
Ku sedang melangkah
Menjalani hari menjemput harapku
Ibu lepaskanlah ku dengan maafmu
Tentramkan hatiku menempuh hidupku
Doamu oh ibu selalu kunanti
Tulus dan suci dari relung hati
Doamu oh ibu selalu kunanti
Mohonkanlah Allah Rabbi besertaku selalu

dan sebuah puisi indah karya Abdurrahman Faiz
Bunda, engkau adalah rembulan yang menari dalam dadaku
Ayah, engkau adalah matahari yang menghangatkan hatiku
Ayah Bunda, kucintai kau berdua seperti aku mencintai surga
Semoga Allah mencium ayah bunda dalam taman-Nya terindah nanti



Kelak, aku tak akan meninggalkan kalian lagi..
Akan selalu merawat kalian dan berada di sisi kalian
Memberikan kebahagiaan, seperti yang kalian lakukan setiap detiknya padaku
Mengelus kepalaku ketika aku patah hati dan tak berdaya
Memberiku semangat ketika ingin menaklukan dunia
Mendukugku pada setiap mimpi dan asaku
Aku mencintai kalian, dengan segala keterbatasanku mengungkapkan cinta
Rabbi, jagalah mereka selalu dengan penjagaan terbaik-Mu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu

Andragogi dan Fasilitasi