Mengenalkan Alat Kelamin kepada Anak, Nama Sebenarnya atau Nama Samaran?

Dua hari yang lalu saya melakukan survey di Facebook,

➡➡➡
Dalam pengenalan alat vital/ organ reproduksi kepada anak,
Sebutan apa yang Ayah/Bunda berikan untuk menamainya?
A. Nama yg sebenarnya?
B. Nama samaran?
➡➡➡

Dari survey tersebut, hasilnya 31 orang menjawab mengenalkan dengan nama sebenarnya, 5 orang nama samaran dan 2 orang menjawab keduanya.

Lalu, sebaiknya seperti apa? Apakah mengenalkan nama aslinya atau nama samaran?
Bagaimana mengenalkannya?
Tahapan apa saja yang harus kita lakukan sebagai orang tua?

Menurut Natalia, M.Psi. (Psikolog Anak dan Remaja pada laman http://sayangianak.com) tidak ada lagi istilah tabu dalam membicarakan tentang masalah seksual di hadapan anak. Sejak dini orangtua sudah harus waspada tentang masalah ini karena kejahatan seksual semakin marak akhir-akhir ini.

Anak-anak semakin mudah mengakses internet dan membuka hal-hal yang tidak sepatutnya mereka lihat. Pengaruh teman sebaya juga sangat besar. Kata-kata yang diucapkan oleh teman sebaya seringkali di ‘copas’ begitu saja oleh anak-anak kita tanpa mereka tahu apa artinya. Tugas orangtualah untuk selalu menyaring dan memberikan pemahaman yang benar pada anak.

Untuk memberikan pendidikan seksual pada anak, sebaiknya kita memahami dahulu bagaimana tahapan perkembangan anak secara keseluruhan untuk tiap usia anak.

Berikut adalah cara memberikan pendidikan seksual pada anak sesuai dengan tahap perkembangannya :

Usia 2- 3 tahun

Pada usia ini kosa kata anak mulai bertambah. Anak-anak mulai menirukan kata-kata yang ia dengar dari orang-orang di sekitarnya. Dia mulai memahami bahwa setiap wujud benda pasti memiliki ‘nama/sebutan’.

Orangtua sebaiknya mengenalkan alat kelamin pria dan wanita dengan nama yang sebenarnya, yakni ‘penis’ dan ‘vagina’, bukan dengan istilah-istilah lain. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak bingung dan salah persepsi, dan mengajarkan pada anak bahwa alat kelamin bukan untuk diejek atau dipermainkan.

Usia 3-4 tahun

Pada usia ini anak mulai bertanya “ Kok punya aku beda ama punya kakak?”, “ Kok bisa ada adik bayi?”. Berikan penjelasan dengan ‘bahasa anak’, bukan dengan bahasa yang rumit, misalnya : “Adik bayi itu dari dalam perut mama, awalnya kecil sekali lalu lama-lama menjadi besar dan siap untuk keluar ke dunia ini”.

Selain memberikan penjelasan bisa juga dengan menunjukkan contoh tantenya atau siapapun yang sedang mengandung anaknya, karena pada usia ini anak lebih mudah mencerna dengan melihat langsung.

Usia 5-6 tahun

Pada usia ini anak sudah mulai bisa diberikan penjelasan yang lebih kompleks misalnya dengan menyebutkan tentang bagian rahim seorang wanita. Penjelasan bisa dilakukan dengan menunjukkan sebuah gambar.

Orangtua bisa mengatakan “ Di dalam perut mama itu seperti ini keadaannya, ini namanya rahim, ini namanya indung telur, adik bayi nanti bobo di sini selama 9 bulan”.

Usia 6-7 tahun

Pada usia ini kita mulai mengenalkan tentang hubungan antara laki-laki dan wanita, tentang konsep pernikahan, konsep keluarga, misalnya “ Papa dan mama harus menikah dulu baru boleh punya adik bayi”, mungkin bisa dikaitkan dengan konsep agama.

Anak-anak juga selalu diingatkan untuk menjaga miliknya, misalnya : “Tidak boleh ada yang memegang kamu dari bagian leher ke bawah selain mama atau papa”. Selain itu, tentang kebersihan juga harus selalu kita ingatkan.

Usia 8-9 tahun

Pada usia ini biasanya anak-anak sudah mulai mendengar tentang hal-hal seksual dari teman-temannya. Agar tetap terpantau, orangtua harus selalu menjaga kedekatan emosional dengan anak sehingga anak mau selalu terbuka.

Katakan pada anak jika ingin mengetahui segala hal tentang seksual, anak bisa bertanya pada orangtuanya. Pada masa ini, orangtua sudah mulai harus menjelaskan dengan lebih detail tentang hubungan antara pria dan wanita, misalnya tentang bertemunya sel sperma dan sel telur, tentang penyakit seksual, tentang pelecehan seksual, dan lain sebagainya. Ajarkan bahwa kita harus selalu menjaga teman-teman kita dan tidak boleh mengejek fisik anak lain.

Usia 9-11 tahun

Pada usia ini anak mulai masuk ke masa pubertas. Perubahan pada tubuh mulai dirasakan oleh anak seperti tumbuh jakun, payudara, rambut , dan lainnya. Orangtua mulai bisa menjelaskan tentang menstruasi pada anak perempuan atau mimpi basah pada anak laki-laki.

Setiap perubahan yang dirasakan oleh anak sebaiknya selalu didiskusikan bersama sehingga anak tidak mencari tahu dari media atau orang lain. Konsep pacaran juga sudah mulai diberikan pemahaman pada anak.

Usia 12 tahun ke atas

Pada usia ini anak sudah mulai paham tentang interaksi antara lawan jenis dan ada beberapa dari anak-anak yang sudah mulai berpacaran. Tentunya kontrol orangtua harus semakin ketat.

Orangtua harus selalu mengingatkan bahwa “tidak boleh menyentuh bagian tubuh orang lain”, “harus menghargai orang lain”, “tidak boleh memaksa”, dan lain sebagainya. Lakukan pendekatan pada anak dengan lembut, tanpa kekerasan, karena semakin kita keras pada anak, mereka akan semakin membangkang dan akan sengaja melakukan hal-hal yang dilarang.

Ingatkan selalu anak-anak untuk :
~ Mengganti pakaian dalam dua kali sehari
~ Menjaga kebersihan alat kelamin, yakni mencucinya setiap selesai buang air kecil
~ Harus meminta ijin saat masuk kamar orang
~ Jika memiliki masalah pada wajah sebaiknya pergi ke dokter kulit, tidak memakai obat sembarangan
~ Sebaiknya tidak memakai pakaian yang terlalu ketat
~ Rajin menggunting kuku
~ Menggunakan bra bagi remaja wanita
~ Memakai pakaian yang sopan
~ Tidak pergi berduaan dengan teman lawan jenis
~ Selalu terbuka pada orangtua

Bunda, tentu saja semuanya berproses. Termasuk pemahaman kita sebagai orang tua untuk mengenalkan pendidikan seksualitas kepada anak. Pun dengan orang tua yang keburu mengenalkan dengan nama samaran, tentu tidak terlalu keliru. Kita sudah terbiasa oleh orang tua kita dengan nama samaran, untuk menyebutkan alat kelamin.

Pengetahuan zaman now yang sangat mudah diakses membuat kita bisa cepat tahu dan bisa belajar menjadi orang tua yang baik. Begitupun tantangannya, tak kalah hebatnya.
Semoga kita terus menjadi orang tua pembelajar, yang terus menyadari apa yg keliru dan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

"Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian" **
**Ali bin Ali Thalib, sebagian sumber menyebutkan hadits Rasulullah.

#FitrahSeksualitas
#gamelevel11
#bundasayang
#ibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu

Andragogi dan Fasilitasi