Family Strategic Planning, Peta Cita-cita Keluarga

Selalu menjadi momen membahagiakan setiap kali mendapatkan ilmu dari Bu Septi Peni Wulandani dan Pak Dodik Mariyanto.

 Inspirasi pertama saat matrikulasi, saat itu saya dibimbing untuk menemukan passion dan definisi kebahagiaan versi saya. 

Selanjutnya saat kelas Bunda Sayang, saya semakin menyadari bahwa untuk mendidik anak dengan pengasuhan terbaik, saya harus terlebih dahulu memantaskan diri.

Kemudian diberi kesempatan mencicipi sedikit ilmu pada saat seminar A Home Team, menguatkan bahwa untuk menjadi keluarga yang hebat saya dan suami harus menjadi team yang solid. Tidak berjalan sendiri-sendiri mengejar mimpi masing-masing.

Kesempatan belajar kembali saya dapatkan dengan mengikuti Leader Camp IIP 2018, menyadarkan bahwa seorang ibu rumahan seperti saya pun bisa berkontribusi aktif sesuai potensi di komunitas.

Ada satu ilmu yang ingin saya pelajari dari #padepokanmergosari, ingin belajar dari Pak Dodik dan Bu Septi bagaimana membuat Family Strategic Planning (FSP). Alhamdulillah, kesempatan belajar hadir pada workshop FSP yang diselenggarakan oleh IP Tangerang Kota bulan Juli lalu.

Berikut sedikit catatan mengenai workshopnya...

 Bu Septi membuka materi dengan menunjukan tiga buah gambar, gambar ke-1 taman yang indah, tertata rapi, bunga diatur sesuai warnanya, jika ada yang keluar batas sedikit, maka akan dipotong, dirapikan. Gambar ke-2 adalah gambar taman yang tanamannya tumbuh bebas, liar tak beraturan. Gambar ke-3 menunjukkan gambar taman yang sekilas tampak tumbuh bebas alami, tapi ada sentuhan pengaturan di sana.
Ketiga gambar tersebut ibaratnya keluarga kita. Setiap keluarga punya kekhasan masing-masing. 

"Dari ketiga gambar tersebut, kira-kira manakah yang baik?” tanya Bu Septi. “Tidak ada!" lanjutnya.

Yah, karena memang setiap keluarga itu unik, setiap keluarga berhak memilih mau seperti apa dan dengan cara apa keluarganya bertumbuh. Semua boleh, kita boleh berbeda pandangan dengan orang lain, tetapi tidak dengan pasangan hidup kita
Kenapa? Karena bagaimana bisa bahtera mencapai tujuan jika ada dua nahkoda? Apa lagi masing-masing nahkoda memiliki tujuan berbeda. Selain itu, jika dalam keluarga kedua orang tua tidak memiliki visi dan misi yang sama, maka bagaimana dengan anak-anaknya? Tentu sang anak akan menjadi bingung arah.
Kemudian bagaimana dengan tujuan keluarga?

Dalam suatu perjalanan, tentu harus ada titik awal berangkat dan titik tujuan akhir. Selanjutnya, dalam perjalanan menuju tujuan akhir, tentu harus tahu rute perjalanannya, jika tidak tahu? Ya HARUS CARI TAHU dulu. 

Karena dari rute tersebut, kita mendapatkan suatu parameter dalam proses pencapaian tujuan. Apakah on track atau off track. Bu Septi bercerita perjalanan dari rumah di Salatiga menuju Bekasi untuk mengisi seminar ini dengan berbekal titik awal, titik tujuan dan garis rute beliau berangkat. 

Misalnya, saat berangkat ternyata beliau  menuju arah Surabaya, apakah ini on track? Tentu melenceng jauh dari arah yang ingin dituju. Bagaiman jika beliau berangkat menuju barat, dan sekarang ada di Cirebon? Tentu ini sudah on track. Bagaimana jika beliau ke arah timur menuju Surakarta? Apa ini off track? Ternyata belum tentu, jika tujuan beliau adalah ke bandara yang mengantarkan menuju Bekasi, maka ini sah-sah saja. 

Itulah gunanya sebuah peta, untuk membimbing perjalanan kita agar tidak tersesat. Begitupun Family Strategic Planning, ialah peta perjalanan cita-cita sebuah keluarga.

FSP bisa dibuat untuk setahun kedepan, dua tahun atau bahkan lima tahun. Untuk Padepokan Mergosari sendiri, mereka membuat FSP sesuai dengan periode tahun Hijriyah.


Nah, mumpung dalam momment tahun baru Hijriyah, yuk kita buat FSP! Berikut tahapanya : 

  • Membuat Family Brand
Family brand ini sangat penting untuk menunjukkan ciri khas keluarga, sederhana tapi sarat makna. Inilah yang akan kita kenalkan kepada khalayak.
Sebagai contohnya, keluarga Bu Septi dan Pak Dodik menamai keluarga mereka dengan nama Padepokan Mergosari. Padepokan mengandung arti tempat belajar/berguru. Mergosari adalah nama jalan tempat rumah mereka berada.


  • Menyadari titik awal
Titik awal adalah kondisi keluarga kita saat ini. 

  • Menentukan tujuan (goals)
Penting bagi semua anggota keluarga untuk mengetahui dan ingin mencapai apa dalam kurun setahun kedepan (jika FSP dibuat pertahun). Tujuan ini harus disepakati dan dipahami oleh seluruh anggota keluarga.

  • Memetakan kekuatan masing-masing anggota keluarga
Langkah selanjutnya menuliskan profil masing-masing anggota keluarga detil dengan keahlian serta kelebihan masing-masing (usia, postur badan, pendidikan, sifat, hobby, mimpi, dll). Mengapa harus detil? karena dari sinilah kita mencoba benar-benar memahami bakat dan potensi tim agar tujuan tercapai.

  •  Membuat Misi keluarga 
Setelah menentukan tujuan dan memetakan kekuatan, tahapan selanjutnya adalah membuat misi keluarga. Secara sederhana misi keluarga adalah peran yang ingin dilakukan selama setahun kedepan, disesuaikan dengan tujuan besar yang ingin dicapai keluarga tersebut.

  • Menentukan core values
Tahapan keempat adalah menentukan nilai-nilai inti yang menjadi prinsip keluarga. Kompas arah perjalanan keluarga. Jadi apapun kegiatannya, jika sesuai / tidak bertentangan dengan nilai ini maka lakukan saja. Core values berguna untuk membantu menentukan prioritas dalam hidup.
Contoh core values Padepokan Mergosari adalah Iman dan Kehormatan. Sehingga, apapun yang dilakukan, maka harus sesuai dengan iman dan tentu harus menjunjung tinggi kehormatan diri dan keluarga.

  • Menyepakati golden rules
Golden rules diibaratkan sekoci kecil yang menjadi bantuan saat keluarga mengalami badai. Tentukan kesepakatan yang harus ditaati bersama jika keluarga tersebut mengalami masalah.
 Golden Rules Padepokan Mergosari :
– Semua keputusan yang ditetapkan dalam keadaan marah dan terburu-buru, BATAL tidak boleh dijalankan
– Semua boleh, asal tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadist



  •   Mencari tahu Bekal dan Support system
Bekal merupakan modal awal atau keahlian masing-masing, bakat, sarana dan prasarana yang dimiliki. Boleh juga menuliskan kondisi finansial keluarga saat ini. Sedangkan Support system adalah sesuatu yg dapat memberikan dukungan di luar keluarga tersebut. misalnya mentor, komunitas, jaringan, dll.



  • Membuat tema tahunan
Buatlah tema yang menjadi slogan penyemangat dan mencerminkan misi dan goals yang sudah dibuat. Misalnya “It’s OK to make mistakes, as long as you learn from IT“, maka pada tahun tersebut, pantang bagi anggota keluarga menyalahkan jika anggota lain melakukan kesalahan, karena mereka fokus pada pembelajaran yang didapat.



  • Membuat family project 
Buatlah project-project yg akan mendekatkan kita kepada tujuan akhir.
Tuliskan project keluarga, project masing-masing anggota, jangka pendek, dan jangka panjang.
Project bisa apa saja. Bisa berkaitan dengan hobi dari masing-masing anggota keluarga, kemasyarakatan, keagamaan ataupun pendidikan, dll.


Lengkap sudah peta perjalanan keluarga setahun kedepan. Peta ini yang akan membimbing keluarga agar focuss on track!


Alhamdulillah, bersyukur sekali bisa mengikuti workshop FSP bersama Ayahnya Adskhan sehingga kami langsung membuat FSP versi Keluarga Budiman.

Semoga Allah memeluk mimpi-mimpi kami sehingga apa yang kami tulis diwujudkan-Nya. 
Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu

Andragogi dan Fasilitasi