Rahasia yang Terkuak


Aku sudah terkantuk-antuk saat bus yang kami tumpangi mulai berangkat. Adskhan dari tadi berangkat dari rumah sudah terlelap digendonganku. Kubaca doa naik kendaraan, doa yang fasih kurapal seiring jam melaju (bukan terbang) bersama bus sejak awal kuliah. 

"Kok busnya terasa oleng ya," batinku. Aku pernah merasakan bus yang kunaiki oleng beberapa tahun yang lalu. Kejadian yang masih jelas diingatan, yang kadang membuat jantungku berdebar kencang. 
"Oh, mungkin hanya perasaanku saja,"

Ayah Adskhan pun mulai terlelap di sebelah. Kami memilih kursi urutan kedua dari depan. Biasanya kami memilih duduk di bangku terdepan, belakang supir. Namun pengalaman perjalanan sebelumnya, kami kurang nyaman karena TV bus diputar sepanjang perjalanan.

Kami sedang dalam perjalanan pulang setelah mudik dari Tasik ke Jakarta. Sengaja menempuh perjalanan malam agar sampai di Jakarta menjelang subuh.

Memasuki tol Cileunyi, Adskhan terbangun dan gelisah. Dia yang awalnya nyaman saya tidurkan di paha saya, mulai meminta dipeluk. Secara bergantian saya dan ayahnya memeluk Adskhan, mencari posisi ternyaman baginya. Kemudian lelaplah Adskhan dipelukan saya, tak lama setelah itu saya dan ayahnya pun terlelap.

Hingga... 
Saya merasakan ada yang berbeda. Bus yang kami tumpangi melaju di luar kendali. Tak lama kemudian, sebuah hantaman keras membuat saya terdorong ke depan. Wajah saya membentur kursi depan. Dalam gelap saya lihat cairan kental menetesi wajah Adskhan. Panik segera mendekapnya, memastikan dia baik-baik saja. Alhamdulillah cairan itu bukan dari wajah Adskhan, tapi dari wajah saya, darah. Perih dan linu. 

Ayah Adskhan yang terjatuh ke lorong bus, segera memeluk saya dan Adskhan. Memastikan kami baik-baik saja. Dia terlihat panik melihat muka saya. Syukurlah, hanya wajah saya yang terbentur. Adskhan aman dalam pelukan. Masya Allah, kami masih dilindungi.

Bergegas kami mencari jalan keluar bus. Pintu depan tak bisa digunakan. Kursi supir ringsek, bahkan supir tengah merintih dengan posisi terbaring lemah. Sepertinya dia yang paling parah.

Setelah memastikan semua barang bawaan kami aman, kami segera turun dari bus. 

Kami pun mencari tahu apa yang terjadi. Ya, bus yang kami tumpangi menabrak truk yang sedang melaju di jalur lambat. Kami tidak tahu penyebabnya apa, sebagian penumpang mengatakan bahwa supirnya mengantuk.

Para penumpang turun dari bus. Beberapa dari mereka terluka. Terutama yang berada dekat kaca belakang, kacanya pecah sehingga mengenai penumpang di sekitarnya. 
Jasa Marga dan Ambulance sigap datang beberapa menit setelah kejadian, mengevakuasi korban yang terluka termasuk supir. 

Penumpang yang tak terluka cukup parah menunggu di pinggir tol, termasuk aku, Adskhan dan Ayah Adskhan. Tak berapa lama, kami diangkut oleh bus dievakuasi ke rest area.

Ayah Adskhan membersihkan wajahku. Ada sobekan di bibirku, dan dua gigiku goyang. Aku memintanya memoto wajahku, penasaran. 

Seorang penumpang memberiku tisu, dia terlihat sangat mengasihaniku. Penumpang yang lain menyuruh kami ikut ambulance dan memeriksakan lukaku. Aku baru tersadar ternyata bibirku belah, cukup parah.

Untunglah Ambulance datang kembali ke rest area, mengantarkan penumpang yang sudah ditangani. Aku memberanikan diri memeriksakan bibirku. Petugas tersebut mengatakan bahwa bibirku sobek dan harus dijahit.
Kami pun naik ambulance. Dibawa ke RS MH Thamrin di Purwakarta.

Benar saja, bibirku harus dijahit empat jahitan. Aku minta Ayah Adskhan memeriksakan dirinya dan Adskhan apakah ada yang terluka atau tidak. Ayah Adskhan lututnya lecet karena terjatuh, selain itu aman. Syukurlah. Adskhan juga, tidak lecet dan memar secuil pun.

***

Itulah rahasiaku yang terkuak minggu lalu. Setelah kejadian, hanya beberapa orang yang aku beri tahu. Adik-adikku, dan beberapa teman di IP Tangsel. Orang tuaku sengaja tidak kuberi tahu.
Memang saat kejadian, beberapa kali orang tuaku bertanya apakah sudah sampai rumah atau belum, aku hanya menjawab bahwa telat karena busnya mogok (iya, busnya mogok karena nabrak truk..hehe)

Pekan lalu, kakek dan neneknya Adskhan datang mengunjungi kami. Disela obrolan santai, nenek Adskhan bertanya kenapa busnya bisa mogok. Aku pun menjawab yang sebenarnya, kalau terjadi tabrakan. Wajahnya pun langsung panik. Semakin meyakinkanku bahwa keputusanku tidak memberi tahunya saat kejadian adalah hal tepat. Sebenarnya aku pun tidak memberi tahu kalau aku terluka, neneknya Adskhan tahu dari adik-adikku setelah dia kembali ke Tasik.

Oh Iya, setelah kecelakaan itu aku mencari informasi tentang tempat duduk yang aman jika naik bus. Ternyata, kursi yang jadi rebutan saat naik bus (hayooo, kursi mana aja?!) Ternyata justru yang sebaiknya dihindari lho! Kursi paling depan, belakang, dekat jendela yang paling rawan penumpangnya terluka.
Kursi yang aman adalah yang didekat lorong, tidak terlalu depan dan belakang. 

Kemudian jika membawa anak, pastikan berada dalam posisi teraman. Aku tak henti-hentinya bersyukur Adskhan tidak terluka sedikitpun. Dan juga usahakan tidak membawa barang berlebihan. Maksimal membawa barang yang bisa dibawa oleh penumpang. Jadi kalau yang perginya 2 orang, maksimal membawa 4 lah. 2 digendong 2 ditenteng. 

So, jadi hati-hatilah jika naik kendaraan. Apapun itu ya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu

Andragogi dan Fasilitasi