Kisah di Sebuah Hutan



Suatu pagi datanglah seekor Ibu Beruang berkunjung ke rumah keluarga Rusa.
Ibu Beruang berkisah tentang Bapak Beruang yang tak mampu memberinya nafkah yang cukup. Kerjanya tidur-tiduran saja di rumah. 

Tunggakan SPP anak Beruang di sekolah rimba membuat keluarga beruang mendapatkan surat teguran dari kepala sekolahnya. 
Ibu Rusa menyimak dengan penuh empati. Turut prihatin atas nasib keluarga beruang.

Kemudian Ibu Beruang menyampaikan maksud hatinya untuk meminjam uang kepada keluarga Rusa. 
Ibu Rusa terdiam, teringat pesan Ibu Gajah kalau keluarga Beruang susah sekali mengembalikan uang yang dipinjamnya. Jika ditagih sering berkelit dan ingkar janji.

Kemudian Ibu Beruang melanjutkan ceritanya. Kalau dia sudah tak tahan dan ingin bercerai saja dengan Bapak Beruang. Namun dia tak ingin berpisah dari anak-anaknya. Kalau bercerai, Bapak Beruang tak akan membiarkan dia membawa anak-anaknya. Ibu Beruang tak bisa jauh dari anak-anaknya, bahkan untuk sejam dua jam juga, kecuali saat anak-anaknya  bersekolah.
Minggu lalu ke salon mewarnai bulunya yang mulai beruban saja dia ajak anak-anaknya. 

Ibu Rusa tercenung, entah sudah berapa lama dia tidak ke salon. Dia selalu sayang membelanjakan uangnya. Lebih baik ditabung untuk kebutuhan tak terduga keluarga mereka.

Ibu Beruang lalu bercerita. Kalau anak-anaknya sebentar lagi dewasa, namun belum bisa lepas mengoleksi mainan-mainan dari restoran cepat saji. Koleksinya semakin banyak.

Ibu Rusa menelan ludah, entah kapan terakhir keluarganya makan di restoran. Mereka selalu berpikir ulang,  sekeping uang yang dikeluarkan harus untuk kebutuhan bukan keinginan.

Ibu Beruang akhirnya berpamitan saat Ibu Rusa dengan halus menolak permintaannya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu

Andragogi dan Fasilitasi