Ketemu Pak Bud :-)

Andai Bisa, Saya Ingin Jadi Pengajar Muda

Pengarahan pengajar muda angkatan ke-IV Indonesia Mengajar 2012

Foto
Pengajar Muda Adhi Rachman Prana (23 tahun) ingin duduk di kursi Wakil Presiden pada 20 tahun mendatang.
Jakarta. Wakil Presiden Boediono mengungkapkan rasa senangnya akan keberlangsungan program Indonesia Mengajar yang telah mencapai angkatan ke-IV. Ia juga senang mendengar deretan partner dan pendukung Indonesia Mengajar serta bagaimana ada sejumlah perguruan tinggi yang mulai melaksanakan program serupa.

“Ini membuktikan bila suatu kegiatan dikoordinasi dengan baik, accountable dan memberi hasil yang nyata, maka masyarakat pasti mendukung,” kata Wapres saat memberikan arahan pada Indonesia Mengajar angkatan ke-4, Rabu 13 Juni 2012.

Dikatakan Wapres, program Indonesia Mengajar ini menjadi trigger, memicu kegiatan serupa yang dulunya belum ditekuni. Sebenarnya pengerahan tenaga mahasiswa dari tahun 1950-an sudah ada untuk menaruh mahasiswa di tempat-tempat terpencil. Lalu ada KKN (Kuliah Kerja Nyata), tapi tidak digarap dengan serius. Karena itu jawabannya adalah perbaikan dari sistem, yang mencakup hal-hal operasional.

“Andai masih muda, saya ingin mendaftar jadi pengajar muda,” kata Wapres yang disambut dengan tepuk tangan riuh hadirin. Ia juga menyambut gembira ucapan Adhi Rachman Prana (23 tahun) yang menyatakan dalam 20 tahun ia ingin duduk di kursi Wakil Presiden. Adi akan menempati posnya di Muara Enim, Sumatera Selatan untuk satu tahun ke depan. “Tolong nanti disimpan kursi ini ya,” kata Wapres sambil tertawa.

Pengarahan ini diikuti oleh 71 pengajar muda angkatan ke-empat yang usai tujuh minggu menjalani pelatihan siap berangkat pada 15-16 Juni menuju tempat mereka bertugas di  sepuluh kabupaten selama satu tahun ke depan. Terdiri dari 38 perempuan dan 33 pria, 24 orang di antaranya baru lulus dari perguruan tinggi, sedangkan 47 sisanya sudah pernah bekerja dan meninggalkan pekerjaannya untuk bergabung menjadi pengajar muda.
Ke-71 pengajar muda tersebut akan ditempatkan di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan; Muara Enim, Sumatera Selatan; Lebak, Banten; Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur; Kapuas Hulu, Kalimantan Barat; Sangihe, Sulawesi Utara; Maluku Tenggara Barat, Maluku; Bima, Nusa Tenggara Barat; Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur; dan Fak-fak, Papua Barat. 
Mereka diseleksi dari 8501 pendaftar, yang artinya setiap pengajar mewakili lebih dari 100 orang. Mereka berasal lebih dari 30 universitas dan lima perguruan tinggi dari luar negeri, dimana empat orang sudah menempuh pendidikan pasca sarjana. Latar belakang pendidikan mereka berasal dari bidang ekonomi, sosial dan politik, pertanian, kesehatan, matematika dan IPA, psikologi, ilmu budaya, teknik dan hukum.

Dalam suasana dimana banyak orang yang skeptis, kata Wapres, semangat para pengajar muda memberikan optimisme akan cita-cita, idealisme dan masa depan Indonesia. Ia yakin semangat para pengajar muda dalam memberikan kontribusi di  tempat mereka bertugas akan menyebarkan optimisme bagi anak-anak yang mungkin tak pernah bertemu orang dari luar daerah untuk menjadi anak yang lebih luas wawasannya dan berani bermimpi untuk meraih cita-cita di kemudian hari. Wapres juga yakin bahwa para pengajar muda akan kembali dari tugasnya menjadi orang-orang yang lebih matang dan mengetahui situasi riil rakyat Indonesia.

Wapres memberi pesan kepada para bupati untuk menjaga keselamatan dan kesehatan para pengajar muda. “Saya yakin adik-adik akan menemui banyak kejutan-kejutan di sana. Jangan patah di tengah jalan kalau menemui masalah yang harus diantisipasi. Justru itu ujiannya yang menantang, dimana adik-adik harus mencari solusi dan membuat respon yang pas,” kata Wapres.

Dalam kesempatan itu, Wapres memberikan jawaban atas sejumlah pertanyaan antusias yang dilontarkan para pengajar muda. Mereka bertanya antara lain tentang karakter seperti apa yang dikehendaki dari generasi muda dan bagaimana menghadapi skeptisisme terhadap pendidikan di kalangan orangtua dari masyarakat tidak mampu.

Menurut Wapres, situasi di masing-masing orangtua tentu berbeda-beda. Ada yang keberatan karena anak-anak bisa dianggap sebagai sumber daya yang bisa digunakan untuk menambah penghasilan. Ada yang keberatan karena unsur biaya. Namun ada pula yang sulit diberi pengertian karena tak ingin anaknya melampaui orangtuanya.

“Kalau untuk yang pertama, keluarga itu sebaiknya diberi alternatif tambahan penghasilan tanpa harus bertumpu pada si anak. Untuk yang kedua, program beasiswa akan sangat membantu. Sedangkan untuk yang ketiga, yang paling berat, orangtuanya yang harus diberi pengertian bahwa pendidikan adalah untuk memperbesar wawasan dan meraih cita-cita,” kata Wapres.

Ketua Yayasan Indonesia Mengajar Anies Baswedan menyatakan terimakasih kepada Wapres yang selalu memberi bekal moral kepada para pengajar muda dari empat angkatan yang telah berlangsung sejak 2009.  Jumlah aplikasi pengajar muda di setiap angkatan terus meningkat, mulai dari angkatan I sebesar 1383 pendaftar, angkatan II sebesar 4368 pendaftar dan angkatan III 5266 pendaftar.

Menurut Anies, angkatan ke-IV ini akan menggantikan angkatan ke-II yang ditarik mundur pada 30 Juni, sehingga ada dua minggu waktu pendahulu dan pengajar muda yang akan berangkat bisa bertukar pengetahuan. Para pengajar muda sebelumnya telah mendirikan 95 rumah baca yang dikunjungi lebih dari 1 juta orang dan mendapat keterlibatan lebih dari 8500 orangtua. Indonesia Mengajar pun, lanjutnya, telah menginspirasi program-program serupa seperti Gadjah Mada Mengajar, Nusa Tenggara Barat Mengajar, Kalimantan Timur Mengajar.

"Secara umum ada empat bidang tugas yang mereka lakukan: kurikuler, ekstrakurikuler, pembelajaran masyarakat dan aktivitas pendidikan. Ini semua melampaui jumlah jam mengajar seorang guru. Mereka menjadi role model, inspirasi dimana mereka telah melampaui capaian-capaian hitungan yang diharapkan mereka peroleh saat berangkat," kata Anies.
Turut hadir dalam pengarahan angkatan ke-IV ini adalah Bupati Lebak, Bupati Banyuasin, Bupati Bima, Bupati Rote, Bupati Kapuas Hulu, Bupati Sangihe, Bupati Maluku Tenggara Barat, Bupati Fak-fak, Bupati Muara Enim dan Bupati Musi Banyuasin yang menjadi partner Indonesia Mengajar. Selain itu, sejumlah perwakilan dari entitas swasta pendukung Indonesia Mengajar juga hadir seperti Indika Energi, Price Waterhouse Cooper, Perusahaan Gas Negara, Bank Mandiri, Acer, perusahaan pengiriman barang JNE, Indosat, Daya Dimensi Indonesia, Nutrifood dan Bank Permata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu

Andragogi dan Fasilitasi