Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual dengan Pendidikan Seks Sesuai Tahapan Usianya

Saya terhenyak mendengar kabar yang beredar. Adik kecil tetangga sebelah rumah saya dijadikan 'mainan' dua anak lelaki seumuran saya. Sudah bukan menjadi rahasia di kampung kami yang kecil. Iya, dimainkan vaginanya oleh dua orang teman mainnya yang merupakan teman main saya juga.

Ibu adik kecil tersebut murung ketika mengobrol dengan ibu saya.
"Alhamdulillah hanya dimainkan, selaput daranya masih aman" kata ibunya.

Saya kebingungan, apa itu selaput dara. Saya masih polos, masih 9 tahunan. Tidak mengerti tentang selaput dara. Tetapi cukup paham kalau badan saya tidak boleh dipegang-pegang dan dimainkan oleh lawan jenis.
Sehingga saya sangat marah dan mengata-ngatai kakak kelas kami yang sering mencegat adik kelasnya dan diraba-raba dadanya.

Waktu itu dunia kami masih indah, saat main layangan begitu mengasyikan, dan doraemon di minggu pagi yang menjadi idola kami. Sore hari kami pun masih sering bermain boi-boian, gatrik, lompat tali dan kawin-kawinan.

Permainan seperti apakah kawin-kawinan?
Sepasang anak laki-laki dan perempuan pura-pura dinikahkan. Didandanin, disawer terus setelah selesai mereka akan masuk ke kamar pengantin (kolong meja). Untuk apa? Malam pertama. Si anak laki-laki boleh melihat CD anak perempuan.
Untungnya saya tidak pernah menjadi pengantin perempuannya. Kakak kelas yang cantik selalu menjadi pengantinnya.

Jika diingat-ingat kejadian dan permainan di masa kecil saya cukup mengerikan. Saya kurang tahu kelanjutan kasus adik kecil dan dua pelaku saat itu, tetapi sekarang mereka sudah berkeluarga dan hidup bahagia.
Apakah ada trauma di adik kecil atau ketergantungan di dua pelaku?
Allahualam..

Saya tidak tahu juga nasib si kakak jahat yang suka nyegatin anak-anak perempuan adik kelasnya dan meraba-raba dadanya. Sejak pernah dicegat dan dicoba diraba-raba saya tak pernah mau melewati jalan itu lagi.

Dan saya baru ingat, salah satu pelaku kepada adik kecil adalah langganan pengantin lelaki di permainan kawin-kawinan.

Tiga memori ini seolah menyeruak lagi seiring hangatnya obrolan pedofilia.
Walaupun pada dasarnya pedofilia adalah kasus yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak, tetapi ternyata di usia kanak-kanakpun kasus pelecehan seksual dengan pelaku anak-anak pun sudah terjadi. Dengan atau tanpa disadari

Mengerikan...

Sepertinya memang tepat mengajarkan pendidikan seks kepada anak-anak sejak usia dini.

Saya tidak pernah diajari tentang pendidikan seks bagi kami menyebutkan organ vital laki-laki dan perempuan adalah hal yang tabu, jorok. Tapi sering dijadikan kata makian dan olok-olokan.

Satu hal yang ibu saya ajarkan adalah tentang menjaga diri. Ibu selalu telaten membelikan saya dan adik-adik celana pendek untuk dalaman rok. Beliau akan mengomel panjang lebar yang intinya jangan sampai paha dan CD saya terlihat orang lain. 
Saya pun terbiasa mengenakan dalaman itu semenjak SD.

Keluarga, rumah, dan tetangga bisa menjadi benteng sekaligus pintu masuk kejahatan seksual.

Menguatkan kuncinya agar anak-anak kita bisa menghindarinya dengan memperkenalkan pendidikan seks sesuai usia perkembangan anak.

Menutip dari https://id.theasianparent.com/pendidikan-seks-untuk-anak/3/ beberapa tahapan pendidikan seks kepada anak sesuai usianya

Usia 2 sampai 3 tahun
Mulailah dengan menamakan bagian kelamin mereka dengan benar, sesuai dengan nama yang sebenarnya, seperti "penis" dan "vagina." Menggunakan kata lain dan julukan untuk alat kelamin anak akan membingungkan mereka.


Usia 3 sampai 4 tahun
Anak mulai bertanya darimana bayi berasal. Tapi mereka belum mengerti mengenai detail dari alat reproduksi tersebut, sehingga jawablah dengan sederhana sesuai dengan usia mereka saja, seperti, "Ibu memiliki rahim di dalam perut Ibu, dan di dalam rahim mami itulah, kamu hidup dan membesar hingga akhirnya siap untuk dilahirkan ke dunia."

Usia 5 sampai 6 tahun
Pengetahuan secara global bagaimana bayi dibuat dengan cara mengatakan, "Ibu dan Ayah yang membuat kalian." Atau dengan penjelasan yang lebih detail, "Bagian sel Ayah yang terkecil, sperma, bertemu dengan bagian sel Ibu yang terkecil, sel telur. Mulai dari pertemuan itulah terbentuk kamu di dalam rahim Ibu."

Usia 6 sampai 7 tahun
Pada usia ini mulai diberikan pengertian mengenai pengertian dasar dalam hubungan seks. Orangtua dapat mengatakan, "Tuhan menciptakan tubuh lelaki dan perempuan yang saling melengkapi seperti permainan puzzle. Ketika penis dan vagina bertemu, sperma seperti kecebong, akan berenang melalui penis menuju ke sel telur." Jelaskan juga pada anak apa yang orangtua pikirkan mengenai seks dan hubungan. Sebagai contoh; "Seks adalah salah satu cara orang dewasa untuk mengungkapkan perasaan cinta mereka satu sama lainnya."

Usia 8 sampai 9 tahun
Jelaskan kepada anak mengenai pentingnya seks dan kemungkinan besar anak-anak sudah mengetahuinya melalui media dan teman-temannya. Pada usia ini anak bisa menerima penjelasan dasar dalam segala topik termasuk pemerkosaan. Orangtua dapat menjelaskan mengenai pemerkosaan seperti; "Pemerkosaan adalah saat seseorang memaksa orang lainnya untuk melakukan hubungan seks dan itu adalah salah."

Usia 9 sampai 11 tahun
Perubahan terjadi karena anak mulai memasuki masa puber. Dan pada masa ini mereka telah siap untuk membicarakan seks dan topik yang terkait seks lainnya yang telah anak lihat pada saat mereka menonton atau mendengar berita di radio, televisi, atau media sosial lainnya.

Usia 12
Pada usia ini, anak mulai merumuskan nilai dan pengertian mereka sendiri, jadi lebih sering menanyakan dan membicarakannya agar mereka tetap mendapatkan konteks yang benar dan tepat dari sumber informasi yang benar. Tapi ingat jangan melebih-lebihkan dalam penjelasan dan meluapkan kekuatiran sebagai orangtua. Kemungkinan jika sudah terjadi demikian Anak tidak akan terbuka untuk bercerita pada Anda lagi, bukankah hal ini tidak diinginkan?

Beberapa hal berikut dapat dilakukan juga untuk melindungi anak dari kejahatan seksual :

1. Mengajarkan konsep privasi
‌Beritahu anak bahwa tidak semua orang boleh melihat, apalagi menyentuh alat kelaminnya. Ajarkan padanya siapa saja yang boleh, dan dalam situasi apa. Misalnya, boleh oleh dokter saat memeriksa, atau pengasuh saat memandikan. Anda pun harus mendukung anak dalam menjaga privasinya, misalnya dengan tidak menelanjangkan anak di tempat umum ketika berganti baju di pinggir kolam renang atau pantai, misalnya. Biasakan mengajak anak mengganti bajunya di ruang tertutup, meski untuk itu Anda mungkin akan lebih repot. Hindari pula mengunggah foto anak tanpa busana di situs jejaring sosial. Anda tidak pernah tahu akan adanya ancaman predator yang bergerilya di dunia maya. 
‌2. Bedakan jenis sentuhan
‌Ajarkan pada anak mengenai sentuhan di tubuhnya. Ada tiga jenis sentuhan yang perlu anak ketahui: 
‌a. Sentuhan baik dan boleh, yaitu sentuhan dari orang lain menggunakan tangan yang dilakukan di bagian tubuh di atas bahu dan di bawah lutut, yang merupakan sentuhan karena kasih sayang, seperti membelai kepala dan mencubit pipi. 
‌b. Sentuhan harus waspada, karena membingungkan untuk menilainya sebagai bermaksud sayang atau napsu, yang merupakan sentuhan di bawah bahu hingga atas lutut tubuh anak. 
‌c. Sentuhan jelek dan terlarang*, yaitu orang lain menyentuh bagian tubuh yang tertutup pakaian renang. Bila ada yang melakukan sentuhan di area ini, anak harus berani menolak dan berkata tegas, misalnya dengan bilang, "Jangan begitu!"
‌3. Hargai pendapat anak
‌Saat anak tidak mau bersalaman dengan teman Anda yang baru dikenalnya, biarkan saja. Tidak perlu dibujuk terus-terusan, apalagi langsung dimarahi, agar ia berubah pikiran. Hargai kemampuan anak untuk bilang tidak. Kemampuan ini merupakan latihan, akan ada momen-momen di kemudian hari saat mereka harus berani berkata “Tidak!” –termasuk saat merasa terganggu jika ada yang menyentuhnya.
‌4. Tumbuhkan kenyamanan berkomunikasi sehingga anak merasa leluasa jika ingin memberitahukan ketidaknyamanan yang dialaminya. Yakinkan anak bahwa Anda adalah sosok tepat untuk bisa berbagi cerita dan rahasia.
‌5. Percaya naluri 
‌Jika seseorang membuat kita tidak nyaman, itu adalah alasan yang cukup untuk menjaga anak menjauhinya. Saat kita merasa ragu saat akan menitipkan anak pada seseorang, bahkan pada teman, jangan lakukan. Tak jarang naluri ibu memang bisa 'mengendus' sesuatu yang tidak benar, bukan?
‌6. Pisahkah tidur kakak dan adik terutama jika berbeda jenis kelamin
‌Semakin dini dilakukan, semakin baik. Saat tidur, tersingkapnya pakaian sangat mungkin terjadi, dan hal tersebut bisa menimbulkan hasrat seksual, sekalipun dengan saudara kandung.
‌7. Wajib waspada terhadap orang dewasa yang mencoba menghabiskan waktu hanya berdua dengan anak, bahkan jika orang tersebut kita kenal.

Referensi 

https://id.theasianparent.com/pendidikan-seks-untuk-anak/3
http://www.ayahbunda.co.id/balita-tips/lindungi-anak-dari-kejahatan-seksual

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu

Andragogi dan Fasilitasi