Me Time

Sebelum menikah sempat ada kekhwatiran kalau saya akan kehilangan waktu berharga untuk dinikmati sendiri. Sekadar menonton film, drama korea, membaca buku atau menulis.

Alhamdulillah, suami memahami kebutuhan saya tersebut. Dia memberikan izin kalau saya ingin me time. Tak jarang kami sebelahan tetapi membaca buku yang berbeda, atau menonton film di laptop masing-masing.

Bekerja adalah salah satu cara saya menikmati me time juga. Apalagi saya bekerja di sebuah yayasan yang konsern dengan pendidikan di daerah terpencil, yang memberikan saya kesempatan bercengkrama dengan alam dan budaya yang baru saat site visit. Hal itu menjadi bonus tambahan sebagai me time saya.

Setelah mempunyai anak, dunia saya berubah.
Saya berhenti bekerja dan menjadi ibu penuh waktu. 24 jam di rumah tanpa asisten rumah tangga. Saya yang masih beradaptasi menjadi ibu, harus berduaan bersama seorang bayi berusia 1,5 bulan selama suami bekerja. 

Bayi Adskhan hanya bisa tidur nyenyak dalam gendongan, dia akan menangis jika saya menidurkannya di kasur. Dalam kondisi bangun pun akan menangis jika saya tinggalkan. Saya harus pandai mencuri waktu bahkan untuk mandi. Lama-lama terbiasa mandi kilat, 2 menit bisa mandi sekaligus keramas.

Walau kini usianya sudah setahun lebih, Adskhan akan tetap menangis jika menyadari bundanya tidak ada di dekatnya. Tangisannya yang melengking pernah membuat tetangga panik dan langsung masuk rumah khawatir Adskhan kenapa- kenapa.

Akhirnya saya putuskan, saya akan mandi bersamaan dengan kegiatan memandikan Adskhan. Karena setiap kali saya ke kamar mandi untuk apapun, dia akan menangis sampai saya membukakan pintu untuknya. 
Tanpa disadari, saya punya keahlian baru yaitu menggendong anak sambil nongkrong di kloset.

Jangan ditanya soal sisiran, bedakan, luluran. Sudah saya melupakan rutinitas itu. Sisiran sesempatnya, bedakan seminggu sekali kalau mau jalan keluar, luluran terakhir setahun yang lalu sebelum melahirkan. 

Menikmati makanan dengan tenang pun sudah menjadi hal yang langka. Kalau tidak terganggu karena Adskhan yang BAB atau BAK (entahlah, kadang dia selalu BAB di saat saya makan), saya harus berbagi makanan dengannya. Adskhan yang penasaran akan tertarik makan apapun yang Bundanya cicipi.

Ditengah keterbatasan waktu untuk diri sendiri dan kerempongan mengurus anak,  saya dikaruniai suami yang luar biasa. Yang sangat paham kebutuhan istrinya agar tetap waras.

Tanpa diminta dia akan mengajak main Adskhan sepulang kerja, mempersilakan saya tidur siang dan mandi sepuasnya di akhir pekan, memasakan makanan kesukaan saya, memberikan pijitan yang nyaman, mengunduhkan film-film terbaru, mengerjakan pekerjaan domestik, mengajak jalan-jalan sore.

Menikah dan mempunyai anak mungkin telah merenggut me time saya. Tetapi  ternyata saya lebih banyak membutuhkan couple time dan family time dibandingkan me time.

Selalu tidak tenang jika harus sendirian, serasa ada yang hilang. Saya pun memilih menikmati waktu untuk sendiri tanpa menjauh dari mereka. Me time sambil memastikan mereka ada di dekat saya. Entah itu saat mereka tertidur lelap tengah malam, atau asyik bermain di ruang depan ketika saya me time di kamar.

Menua bersama suami dan menjadi saksi setiap capaian Adskhan adalah sumber energi yang lebih besar dibanding menikmati waktu sendirian.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Gempa

Andragogi dan Fasilitasi

12 Teknik Memasak yang Perlu Diketahui Para Ibu